Skip to main content

Ini Kata Ahok soal DKI Berpotensi Kehilangan Aset hingga Rp 7,9 Triliun

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berpotensi kehilangan aset tanah hingga Rp 7,9 triliun akibat telah beralih ke pihak ketiga. Menanggapi hal itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak menampik banyak kontrak antara DKI dan pihak ketiga sangat lemah. Kontrak-kontrak itu, lanjut dia, dilakukan saat ia belum menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.  

"Itu temuan sudah dari sejak zaman Pak Foke (Fauzi Bowo), memang kontraknya lemah banget," kata Basuki, di Balai Kota, Senin (29/6/2015).  

Dia mengimbau Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk mengaudit potensi kerugian daerah lainnya. Menurut dia, masih banyak permasalahan yang merugikan Pemprov DKI. 

Seperti contohnya kerjasama DKI dengan pihak ketiga di tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bantargebang, permasalahan kontrak PD Pasar Jaya dengan pihak ketiga atas pengelolaan Blok A Tanah Abang, dan lain-lain. 

"Kenapa tidak ada temuan potensi kerugian daerah itu dari dulu. Memang ini harus dibedakan temuan versi dosa pemerintahan baru atau dosa pemerintahan lama," kata pria yang biasa disapa Ahok itu.  

Sementara itu Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Jakarta, Heru Budi Hartono mengakui banyak aset tanah milik DKI yang dikuasai pihak ketiga. 

Dari total nilai aset bergerak dan tidak bergerak DKI sebesar Rp 400 triliun, ada sebanyak 10-15 lokasi yang bermasalah. Nilai aset yang bermasalah diperkirakan mencapai Rp 30 triliun. 

"Saya sudah jalan (urus peralihan aset) dari tiga bulan yang lalu. Semua kami surati, mulai dari lurah, kecamatan dan wali kota. Saya minta mereka untuk me-review dan melaporkan aset-aset yang ada di mereka dan dicocokkan dengan data di saya," kata Heru. 

Adapun DKI berpotensi kehilangan aset tanah seluas 1.538.972 meter persegi senilai Rp 7.976.183.446.050. 

Dari jumlah itu, aset tanah seluas 67.239 meter persegi senilai Rp 259 miliar telah dinyatakan kalah oleh pengadilan wilayah setempat. Kemudian, ada pula 11 aset tanah yang telah dinyatakan kalah di pengadilan. 

Seperti contohnya tanah lapangan bola di Kramat Jati seluas 7.200 meter persegi senilai Rp 36,6 miliar, tanah Dinas Kelautan dan Pertanian di Puri Kembangan Raya seluas 32.470 meter persegi senilai Rp 121,6 miliar, tanah di Jalan Bambu Kuning, Bambu Apus seluas 2.430 meter persegi senilai Rp 13,6 miliar, dan lain-lain.

Comments

Unknown said…
IF SOMETHING WRONG.......................................NASIONALISASI.............................NEGARA INI SUDAH SETENGAH MATI MENAHAN GEMPURAN .....................OPEN MARKET TERHADAP MATA UANG ..................BELUM DIHARI KEDEPAN...................APAKAH ANDA YG HIDUP DIINDONESIA TIDAK SADAR DAN APAKAH SUDAH SIAPA..........................FROM BOISE IDAHO USA
Unknown said…
APAKAH SUDAH SIAP?????????????????

Popular Posts

Hujan Deras Mengguyur Ibu Kota, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air

 Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta, Senin (1/11/2016), menimbulkan genangan air di sejumlah lokasi. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi tersendat. Berdasarkan informasi dari Akun Twitter Resmi TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, genangan air tampak di sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Salah satunya di Jalan DI Panjaitan. Di lokasi tersebut, air menggenangi ruas jalan setinggi 20 sentimeter. Akibat genangan air tersebut kendaraan terpaksa melintas di jalur Transjakarta. View image on Twitter  Follow TMC Polda Metro Jaya   ✔ @TMCPoldaMetro 15.38 Genangan air sekitar 30 cm di Jl Pangeran Jayakarta lalin terpantau padat @ kolammedan 3:38 PM - 1 Nov 2016     2 2 Retweets     5 5 likes "15.33 WIB genangan air sekitar 20cm depan Wika Jalan DI Panjaitan, Jaktim, hati-hati bila melintas," tulis akun twitter @TMCPoldaMetro. Selain di Jalan DI Pan...

"Pak Ahok, 'You Will Never Walk Alone'..."

Kurnia Sari Aziza/KOMPAS.com Warga menandatangani dan memberi kalimat dukungan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di area Car Free Day, Jakarta, Minggu (16/11/2014). JAKARTA, KOMPAS.com  — "Saya Muslim, dan saya dukung Ahok," begitu kata Friska Lubis (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, memberikan dukungan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Minggu (16/11/2014) pagi, Friska bersama kedua temannya sedang berlari pagi saat  car free day . Namun, aktivitas mereka terhenti saat melihat dua spanduk berukuran 1,5 x 5 meter terbentang di pelataran halaman Hotel Kempinski, Jakarta. Spanduk itu berasal dari Barisan Relawan Indonesia. Dalam spanduk itu terdapat foto Basuki mengenakan baju kotak-kotak. Friska dan kedua temannya langsung mengambil spidol dan menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan kepada Basuki. "Pak Ahok,  you will never walk alone ," tulis Friska di spanduk itu. Pegawai salah satu p...

Indonesiaku Kini

Indonesia , Bangsa yang pernah jaya dimasa lalu, pernah pula dijajah berabad-abad lamanya, kemudian menggapai kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, namun hingga kini setelah sekian puluh tahun merdeka , kini Indonesia seolah kehilangan arah dan tujuan dari para pendiri bangsa ini dulu ketika memproklamirkan kemerdekaannya, di lapisan atas para elite sibuk berperang memperebutkan kekuasaan sedangkan dilapisan bawah rakyat kehilangan pegangan dan harapan, di lapisan tengah rakyat harus berjuang sendiri dan di goyang atas bawah pusing mengikuti entah mau kemana. Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, dimana nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung, ditakuti dan disegani para musuh, dihormati para sahabat kini seperti bayi yang baru belajar merangkak, butuh bimbingan dan pengawasan dari para musuh serta sahabat.  Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, tidak pernah membedakan suku dan agama, saling bahu membahu mempertahankan kejayaannya, tid...