Skip to main content

"Ada yang Salah dari Penilaian BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah"

 Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Moeloek, menilai, ada yang keliru dalam penilaian terhadap laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah yang selama ini diterapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sebab, kata Hamdi, penilaian yang dilakukan oleh BPK hanya mengacu pada harus terserapnya anggaran, tanpa melihat efektivitas penggunaannya. 

Menurut Hamdi, selama ini banyak yang selalu mendapat nilai tertinggi dari BPK, yakni wajar tanpa pengecualian (WTP), padahal penggunaan anggarannya tidak efektif. 

"Di kota tempat saya tinggal itu kerjaan pemerintahnya cuma bongkar pasang trotoar setahun bisa berapa kali. Memang sih jadi tinggi penyerapan anggarannya. Makanya, BPK juga selalungasih nilai bagus," ujar Hamdi seusai acara diskusi publik Menakar Peluang Ahok Maju sebagai Calon Independen, di Jakarta, Jumat (26/6/2015). 

Contoh lain yang dipaparkan oleh Hamdi adalah mengenai daerah yang menggelontorkan anggaran yang besar untuk penceramah. Padahal, bila dicermati, penggunaannya tidak wajar. 

"Anggaran Rp 10 miliar bayar ustaz buat ceramah selama 10 jam. Enggak tahu ustaznya ngomong apa saja satu jam Rp 1 miliar," ujar Hamdi. 

Atas dasar itu, Hamdi menganggap harus ada sedikit perubahan dalam cara penilaian terhadap laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah oleh BPK. 

Sebab, kata dia, BPK tidak boleh hanya melihat dari tingginya penyerapan anggaran, tetapi juga dari efektivitas penggunaannya.

Hamdi menyampaikan hal tersebut menanggapi penilaian sejumlah kalangan yang menilai kinerja Pemprov DKI selama di bawah kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama buruk karena rendahnya penyerapan anggaran. 

Ahok, sapaan Basuki, sendiri telah berulang kali menyatakan ia tidak peduli dengan rendahnya penyerapan. Ia menilai jauh lebih baik apabila anggaran tidak digunakan sama sekali ketimbang digunakan, tetapi diselewengkan.

Comments

Popular Posts

Hujan Deras Mengguyur Ibu Kota, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air

 Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta, Senin (1/11/2016), menimbulkan genangan air di sejumlah lokasi. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi tersendat. Berdasarkan informasi dari Akun Twitter Resmi TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, genangan air tampak di sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Salah satunya di Jalan DI Panjaitan. Di lokasi tersebut, air menggenangi ruas jalan setinggi 20 sentimeter. Akibat genangan air tersebut kendaraan terpaksa melintas di jalur Transjakarta. View image on Twitter  Follow TMC Polda Metro Jaya   ✔ @TMCPoldaMetro 15.38 Genangan air sekitar 30 cm di Jl Pangeran Jayakarta lalin terpantau padat @ kolammedan 3:38 PM - 1 Nov 2016     2 2 Retweets     5 5 likes "15.33 WIB genangan air sekitar 20cm depan Wika Jalan DI Panjaitan, Jaktim, hati-hati bila melintas," tulis akun twitter @TMCPoldaMetro. Selain di Jalan DI Pan...

"Pak Ahok, 'You Will Never Walk Alone'..."

Kurnia Sari Aziza/KOMPAS.com Warga menandatangani dan memberi kalimat dukungan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di area Car Free Day, Jakarta, Minggu (16/11/2014). JAKARTA, KOMPAS.com  — "Saya Muslim, dan saya dukung Ahok," begitu kata Friska Lubis (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, memberikan dukungan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Minggu (16/11/2014) pagi, Friska bersama kedua temannya sedang berlari pagi saat  car free day . Namun, aktivitas mereka terhenti saat melihat dua spanduk berukuran 1,5 x 5 meter terbentang di pelataran halaman Hotel Kempinski, Jakarta. Spanduk itu berasal dari Barisan Relawan Indonesia. Dalam spanduk itu terdapat foto Basuki mengenakan baju kotak-kotak. Friska dan kedua temannya langsung mengambil spidol dan menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan kepada Basuki. "Pak Ahok,  you will never walk alone ," tulis Friska di spanduk itu. Pegawai salah satu p...

Indonesiaku Kini

Indonesia , Bangsa yang pernah jaya dimasa lalu, pernah pula dijajah berabad-abad lamanya, kemudian menggapai kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, namun hingga kini setelah sekian puluh tahun merdeka , kini Indonesia seolah kehilangan arah dan tujuan dari para pendiri bangsa ini dulu ketika memproklamirkan kemerdekaannya, di lapisan atas para elite sibuk berperang memperebutkan kekuasaan sedangkan dilapisan bawah rakyat kehilangan pegangan dan harapan, di lapisan tengah rakyat harus berjuang sendiri dan di goyang atas bawah pusing mengikuti entah mau kemana. Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, dimana nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung, ditakuti dan disegani para musuh, dihormati para sahabat kini seperti bayi yang baru belajar merangkak, butuh bimbingan dan pengawasan dari para musuh serta sahabat.  Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, tidak pernah membedakan suku dan agama, saling bahu membahu mempertahankan kejayaannya, tid...