Skip to main content

Kesaksian yang Membuat Margriet Jadi Tersangka Pembunuhan Engeline

Setelah melalui proses panjang untuk mencari tersangka lain dalam kasus pembunuhan Engeline, Kepolisian Daerah Bali akhirnya menetapkan ibu angkat Engeline, Margriet Megawe, sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Engeline, Minggu (28/6/2015).

Penetapan tersangka ini berdasarkan tiga alat bukti yang telah dikantongi oleh pihak kepolisian sebagai bukti permulaan. Sejumlah para saksi dihadirkan untuk mengungkap tabir pembunuhan Engeline. Agus, tersangka lain, membuat pengakuan mengejutkan dengan menyatakan bahwa pembunuh Engeline adalah wanita berinisial M.

Berikut ringkasan keterangan sejumlah para saksi dan pengakuan Agus yang berhasil dihimpun oleh Tribun Bali.

1. Pengakuan tersangka Agus Tay, pembantu Margriet

Agus membuat pengakuan terbaru selama pemeriksaan oleh penyidik Polda Bali pada Rabu (17/6/2015) lalu. Agus mengatakan, pembunuh Engeline bukanlah dirinya, melainkan seorang ibu dengan inisial M.

Dalam keterangan terbaru, yang melakukan pembunuhan adalah Ibu M dengan tempat kejadian di kamar Ibu M. Agus hanya membantu membungkus Engeline setelah meninggal, mengambil boneka, mengangkat, dan menguburkannya atas perintah Ibu M.
Pembunuhan Engeline dilakukan pada Sabtu 16 Mei 2015. Agus diperintahkan untuk merahasiakan pembunuhan tersebut dengan janji imbalan Rp 200 juta.
Sabtu 16 Mei itu, pukul 10.00 Wita, Agus mendengar Engeline berteriak, "Mama jangan pukul saya."
Agus dipanggil M dari dalam kamar dan melihat kondisi Engeline terkulai lemah di lantai. Agus sempat diperintahkan oleh M untuk membuka baju Agus dan ditaruh di dada Engeline. Agus sebetulnya disuruh memerkosa, tetapi Agus tidak mau. Agus takut terhadap ancaman jika rahasia itu terbongkar, Agus akan dibunuh.

2. Saksi Dewa Raka, satpam penjaga rumah Margriet

Dewa Raka curiga saat ia bekerja enam hari di rumah Margriet (pada tanggal 4 Juni hingga 10 Juni, tepat saat korban Engeline ditemukan) siapa pun tidak diperkenankan masuk.

Pada tanggal 5 Juni, Dewa Raka, yang mendampingi anggota Polresta Denpasar untuk melakukan pemeriksaan di halaman belakang rumah Margriet, mulai curiga dengan bau yang cukup menyengat di antara pohon pisang dan kandang ayam. Menurut pengakuannya, bau itu bukan bau kotoran ayam.

3. Saksi Franky A Marinka, pria yang pernah bekerja di rumah Margriet untuk bersih-bersih rumah dan memberi makan ayam
Saksi memperagakan 10 adegan penyiksaan yang dilakukan Margriet terhadap Engeline pada Maret 2015 silam. Kejadian itu dilakukan Margriet saat Franky menempati rumah itu dari Desember 2014 hingga Maret 2015 atau dua minggu sebelum Franky kembali ke Kalimantan.
Dari pengakuannya, Margriet menyeret dan memukul Engeline dengan menggunakan bambu sepanjang 1 meter. Margriet selalu memarahi, membentak, memukul bagian kaki, bagian badan, dan menjambak rambut Engeline karena dianggap tidak mengerjakan tugas, seperti mengepel, menyapu, dan memberi makan ayam.

4. Saksi Rahmat Handono, pria yang indekos di rumah Margriet Megawe selama tiga tahun

Saksi pernah mengetahui Agus membuang tanah ke depan. Tanah itu merupakan tanah yang dijadikan lubang oleh Agus, yang dibuat sekitar tiga minggu sebelum pembunuhan. 
Kepala bidang Humas Polda Bali Kombes Hery Wiyanto menjelaskan, berdasarkan bukti-bukti yang muncul di dalam penyidikan kasus Engeline, terungkap bahwa Margriet Megawe diduga adalah otak pembunuhan tersebut.

Atas dugaan itulah Margriet kemudian ditetapkan sebagai tersangka. Sebelumnya, polisi telah menetapkan Agus Tay Hamba May (25) sebagai tersangka dalam kasus ini. Menurut Hery, Agus menjadi tersangka karena membantu menguburkan. Lantas siapa pembunuh Engeline?

"Untuk keterangan dari nyonya M, apakah dia sebagai pelakunya atau bukan? Menang kita tidak mengejar sampai ke sana. Karena pengakuan tersangka ini kan merupakan alat bukti yang terakhir. Kita sudah mendapatkan alat bukti lain," tegas Hery yang dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (28/6/2015) malam.

Diberitakan sebelumnya, jasad bocah Engeline ditemukan terkubur di pekarangan rumah ibu angkatnya, Margriet di Jalan Sedap Malam, Denpasar 10 Juni  2015. Sebelumnya pula, Engeline dikabarkan hilang sejak pertengahan bulan Mei 2015.

"Tersangka M ditetapkan tersangka. Berdasarkan penyidikan yang kita lakukan, sudah mendapatkan bukti permulaan yang cukup untuk menetapkan M sebagai tersangka kasus pembunuhan," kata Hery.

Senada dengan yang diungkapkan Kapolri dalam berita sebelumnya, Hery pun menyatakan, Margriet menjadi tersangka karena tiga hal. Pertama karena adanya keterangan saksi Agus, lalu bukti-bukti kedokteran forensik RS Sanglah, serta hasil olah tempat kejadian perkara (TKP). Olah TKP dilakukan oleh tim forensik Polresta Denpasar, Inafis Polda Bali, dengan bantuan Inafis Mabes Polri.

Hery kembali menegaskan, sesuai bukti-bukti yang dimiliki penyidik itulah kemudian Margriet diduga menjadi otak pembunuhan, dan Agus hanya membantu menguburkan jasad Engeline. 

Comments

Popular Posts

Hujan Deras Mengguyur Ibu Kota, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air

 Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta, Senin (1/11/2016), menimbulkan genangan air di sejumlah lokasi. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi tersendat. Berdasarkan informasi dari Akun Twitter Resmi TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, genangan air tampak di sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Salah satunya di Jalan DI Panjaitan. Di lokasi tersebut, air menggenangi ruas jalan setinggi 20 sentimeter. Akibat genangan air tersebut kendaraan terpaksa melintas di jalur Transjakarta. View image on Twitter  Follow TMC Polda Metro Jaya   ✔ @TMCPoldaMetro 15.38 Genangan air sekitar 30 cm di Jl Pangeran Jayakarta lalin terpantau padat @ kolammedan 3:38 PM - 1 Nov 2016     2 2 Retweets     5 5 likes "15.33 WIB genangan air sekitar 20cm depan Wika Jalan DI Panjaitan, Jaktim, hati-hati bila melintas," tulis akun twitter @TMCPoldaMetro. Selain di Jalan DI Pan...

"Pak Ahok, 'You Will Never Walk Alone'..."

Kurnia Sari Aziza/KOMPAS.com Warga menandatangani dan memberi kalimat dukungan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di area Car Free Day, Jakarta, Minggu (16/11/2014). JAKARTA, KOMPAS.com  — "Saya Muslim, dan saya dukung Ahok," begitu kata Friska Lubis (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, memberikan dukungan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Minggu (16/11/2014) pagi, Friska bersama kedua temannya sedang berlari pagi saat  car free day . Namun, aktivitas mereka terhenti saat melihat dua spanduk berukuran 1,5 x 5 meter terbentang di pelataran halaman Hotel Kempinski, Jakarta. Spanduk itu berasal dari Barisan Relawan Indonesia. Dalam spanduk itu terdapat foto Basuki mengenakan baju kotak-kotak. Friska dan kedua temannya langsung mengambil spidol dan menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan kepada Basuki. "Pak Ahok,  you will never walk alone ," tulis Friska di spanduk itu. Pegawai salah satu p...

Indonesiaku Kini

Indonesia , Bangsa yang pernah jaya dimasa lalu, pernah pula dijajah berabad-abad lamanya, kemudian menggapai kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, namun hingga kini setelah sekian puluh tahun merdeka , kini Indonesia seolah kehilangan arah dan tujuan dari para pendiri bangsa ini dulu ketika memproklamirkan kemerdekaannya, di lapisan atas para elite sibuk berperang memperebutkan kekuasaan sedangkan dilapisan bawah rakyat kehilangan pegangan dan harapan, di lapisan tengah rakyat harus berjuang sendiri dan di goyang atas bawah pusing mengikuti entah mau kemana. Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, dimana nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung, ditakuti dan disegani para musuh, dihormati para sahabat kini seperti bayi yang baru belajar merangkak, butuh bimbingan dan pengawasan dari para musuh serta sahabat.  Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, tidak pernah membedakan suku dan agama, saling bahu membahu mempertahankan kejayaannya, tid...