Skip to main content

Menteri Yuddy Minta Nenek Nafsah dan Cucunya Pindah ke Rusunawa

Menteri Yuddy Minta Nenek Nafsah dan Cucunya Pindah ke Rusunawa
Bogor - Selain menanggung beban mengantar terapi cucunya ke RSCM dua kali dalam seminggu, nenek Nafsah juga harus membayar uang kontrakan Rp 400 perbulan. Sebagai solusi, pemerintah meminta nenek Nafsah untuk pindah ke rusunawa.

Wacana tersebut muncul ketika Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi menyambangi kediaman nenek Nafsah, Minggu (31/5/2015), siang ini. Ditawari tinggal di rusun dengan biaya gratis, nenek Nafsah ingin diberi waktu untuk mempertimbangkan usulan tersebut.

"Iya nanti bisa di-cek dulu bagaimana lokasinya. Kalau cocok ya silakan dipakai, kalau nggak bisa dipakai uangnya untuk membayar kontrakan setahun ke depan," ujar Yuddy, saat menyambangi kontrakan nenek Nafsah di Semplak, Bogor Barat, Bogor, Minggu (31/5).

Yuddy memang memberikan sejumlah uang kepada nenek Nafsah untuk membayar kontrakan dan keperluan sehari-hari. Lokasi rusun yang disarankan yaitu bertempat di Menteng Asri, Bogor Barat, Bogor.

"Kita akan cek apakah di lantai 1 masih ada yang kosong. Kan kalau tidak di lantai dasar, kasian," ujar Wali Kota Bogor, Bima Arya, di lokasi.

Lokasi rusun berdekatan dengan RSUD Bogor. Bima Arya berharap ke depan nenek Nafsah bisa membawa cucunya yang menderita mikrosefalus untuk berobat di RSUD saja.

"Jadi tidak usah jauh-jauh ke RSCM. Tapi kan tadi dia bilang sudah cocok ke RSCM. Padahal di RSUD juga bisa sebenarnya," terang Bima.

Nenek Nafsah sudah 14 tahun bolak balik Bogor-RSCM di Jakarta Pusat untuk mengantar cucunya terapi. Ia mengeluarkan biaya Rp 30 ribu pulang pergi. Cucunya, Nur Azra, diterapi 2 kali seminggu.

"Kalau biaya pengobatan kan gratis. Alhamdulillah selama ini tidak pernah dipersulit oleh rumah sakit," tutur nenek Nafsah yang kini berusia 73 itu.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Yuddy Chrisnandi mengunjungi kontrakan nenek Nafsah di Kelurahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat, Bogor. Nenek Nafsah merupakan perempuan 73 tahun yang bolak-balik mengantar cucunya berobat ke RSCM selama 14 tahun.

Yuddy tiba di kontrakan nenek Nafsah, Minggu (31/5/2015), sekitar pukul 11.00 WIB. Ditemani Wali Kota Bogor Bima Arya, Yuddy menemui nenek Nafsah yang telah duduk menunggu di ruang tamu.

Cucu nenek Nafsah, Nur Azra, menderita mikrosefalus atau kelainan otak yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang tengkorak. Anak perempuan 20 tahun itu belum bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Penyakit tersebut diderita Nur sejak usia balita.

Saat Yuddy tiba, nenek Nafsah tak kuasa menahan haru. Air matanya turun. Ia tak menyangka pemerintah begitu peduli dengan nasib ia dan cucunya.

"Saya diminta Pak Presiden ke sini, datang sama Pak Wali Kota juga. Soalnya kalau Pak Presiden sendiri yang ke sini, bakal repot di jalannya. Jadi beliau minta saya, kan saya pembantunya," tutur Yuddy dengan Bahasa Sunda halus.

"Hatur nuhun pisan, Pak. Tos kersa kadieu (sudah mau ke sini)," ujar Nafsah sambil sesekali mengusap air mata.

Nenek nafsah mengontrak di rumah tersebut dengan biaya Rp 400 ribu per bulan. Beruntungnya, uang untuk kontrakan selama ini sudah ada yang menanggung

"Tiap bulan ngambil ke Bintaro Rp 400 ribu sebulan. Ya alhamdulillah," terangnya.

Untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari, nenek Nafsah berjualan jajanan anak-anak di kontrakannya. Sesekali ada pula dermawan yang membantu meringankan beban ekonomi nenek Nafsah.

Yuddy lantas memberikan sejumlah bantuan dana kepada Nafsah dan cucunya. Dana tersebut salah satunya untuk membayar uang kontrakan selama setahun penuh.

"Langsung dibayarkan ya, takutnya nanti keburu dipake buat yang lain," pinta Yuddy.

Hingga saat ini, Nenek Nafsah masih harus rutin mengantarkan cucu tercintanya ke RSCM untuk menjalani pemeriksaan. Dulu, Nenek Nafsah selalu menggunakan KRL ekonomi dari Bogor sampai Jakarta karena tarifnya hanya Rp 2.000. 

Namun, kini Nafsah harus lebih berjuang lagi setelah dihapuskannya KRL ekonomi. Dia harus mengeluarkan lebih banyak uang karena tiket KRL yang kini jauh lebih mahal.

Nafsah tinggal di rumah petak bersama cucunya, Nur Azra. Anak Nafsah yang merupakan ayah Nur telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Sedangkan ibunda Nur hingga kini tak diketahui keberadaannya.

Comments

Popular Posts

Hujan Deras Mengguyur Ibu Kota, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air

 Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta, Senin (1/11/2016), menimbulkan genangan air di sejumlah lokasi. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi tersendat. Berdasarkan informasi dari Akun Twitter Resmi TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, genangan air tampak di sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Salah satunya di Jalan DI Panjaitan. Di lokasi tersebut, air menggenangi ruas jalan setinggi 20 sentimeter. Akibat genangan air tersebut kendaraan terpaksa melintas di jalur Transjakarta. View image on Twitter  Follow TMC Polda Metro Jaya   ✔ @TMCPoldaMetro 15.38 Genangan air sekitar 30 cm di Jl Pangeran Jayakarta lalin terpantau padat @ kolammedan 3:38 PM - 1 Nov 2016     2 2 Retweets     5 5 likes "15.33 WIB genangan air sekitar 20cm depan Wika Jalan DI Panjaitan, Jaktim, hati-hati bila melintas," tulis akun twitter @TMCPoldaMetro. Selain di Jalan DI Pan...

"Pak Ahok, 'You Will Never Walk Alone'..."

Kurnia Sari Aziza/KOMPAS.com Warga menandatangani dan memberi kalimat dukungan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di area Car Free Day, Jakarta, Minggu (16/11/2014). JAKARTA, KOMPAS.com  — "Saya Muslim, dan saya dukung Ahok," begitu kata Friska Lubis (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, memberikan dukungan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Minggu (16/11/2014) pagi, Friska bersama kedua temannya sedang berlari pagi saat  car free day . Namun, aktivitas mereka terhenti saat melihat dua spanduk berukuran 1,5 x 5 meter terbentang di pelataran halaman Hotel Kempinski, Jakarta. Spanduk itu berasal dari Barisan Relawan Indonesia. Dalam spanduk itu terdapat foto Basuki mengenakan baju kotak-kotak. Friska dan kedua temannya langsung mengambil spidol dan menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan kepada Basuki. "Pak Ahok,  you will never walk alone ," tulis Friska di spanduk itu. Pegawai salah satu p...

Indonesiaku Kini

Indonesia , Bangsa yang pernah jaya dimasa lalu, pernah pula dijajah berabad-abad lamanya, kemudian menggapai kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, namun hingga kini setelah sekian puluh tahun merdeka , kini Indonesia seolah kehilangan arah dan tujuan dari para pendiri bangsa ini dulu ketika memproklamirkan kemerdekaannya, di lapisan atas para elite sibuk berperang memperebutkan kekuasaan sedangkan dilapisan bawah rakyat kehilangan pegangan dan harapan, di lapisan tengah rakyat harus berjuang sendiri dan di goyang atas bawah pusing mengikuti entah mau kemana. Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, dimana nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung, ditakuti dan disegani para musuh, dihormati para sahabat kini seperti bayi yang baru belajar merangkak, butuh bimbingan dan pengawasan dari para musuh serta sahabat.  Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, tidak pernah membedakan suku dan agama, saling bahu membahu mempertahankan kejayaannya, tid...