Sebagian wilayah Jakarta masih dilanda banjir di musim penghujan ini. Salah satu alasan mengapa banjir masih menggenang di Jakarta adalah kurang maksimalnya fungsi waduk di Jakarta. Padahal, Jakarta memiliki 105 titik waduk di 5 wilayah Jakarta.
"Ada satu potensi yang selama ini belum dimaksimalkan. Kita punya waduk dan situ yang jumlahnya 105 titik di 5 wilayah. Paling banyak di selatan dan timur. Ini belum dimaksimalkan," kata Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta, Teguh Hendrawan, di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2016).
Teguh menambahkan, untuk menormalisasi kali sebenarnya butuh waktu dan biaya yang mahal. Jadi mengoptimalkan waduk-waduk di Jakarta adalah alternatif terbaik saat ini.
Masalah lain yang dihadapi oleh Dinas Tata Air atau Pasukan Biru adalah banyaknya pompa yang rusak karena sampah. DKI memiliki 404 pompa, namun 138 pompa rusak.
"Ada 138 rumah pompa di DKI. 404 Pompa dari kecil sampai besar. Pompa-pompa tersebut tidak maksimal tahun lalu karena tidak pernah dirawat," ujar Teguh.
"Pompa tersebut rusak karena banyak masuk sampah seperti ban dalam mobil dan motor. Itu masuk semua ke pompa yang di Ancol," sambungnya.
Teguh mengakui pihaknya juga kekurangan personel untuk menormalisasi sungai dan menangani banjir di Jakarta. Saat ini Dinas Tata Air DKI memiliki 2127 personel. Jumlah tersebut masih dirasa kurang karena pasukan biru harus selalu siaga 24 jam.
"Gubernur minta kerjakan normalisasi itu (sungai) 24 jam. Kita terbatas dengan jumlah Satgas. 2127 Satgas personel, itu pun bagi 2 karena Satgas ada yang jaga 24 jam," tutur Teguh.
Namun dengan kurangnya personel dan segala permasalahan yang ada bukan berarti Dinas Tata Air DKI tidak melakukan apa-apa untuk menanggulangi banjir di Jakarta. Beberapa upaya yang sudah dilakukan antara lain memperbaiki dan pemeliharaan pompa, pengerukan kali, pengerukan waduk serta normalisasi kali dan waduk.
"Ada satu potensi yang selama ini belum dimaksimalkan. Kita punya waduk dan situ yang jumlahnya 105 titik di 5 wilayah. Paling banyak di selatan dan timur. Ini belum dimaksimalkan," kata Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta, Teguh Hendrawan, di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2016).
Teguh menambahkan, untuk menormalisasi kali sebenarnya butuh waktu dan biaya yang mahal. Jadi mengoptimalkan waduk-waduk di Jakarta adalah alternatif terbaik saat ini.
Masalah lain yang dihadapi oleh Dinas Tata Air atau Pasukan Biru adalah banyaknya pompa yang rusak karena sampah. DKI memiliki 404 pompa, namun 138 pompa rusak.
"Ada 138 rumah pompa di DKI. 404 Pompa dari kecil sampai besar. Pompa-pompa tersebut tidak maksimal tahun lalu karena tidak pernah dirawat," ujar Teguh.
"Pompa tersebut rusak karena banyak masuk sampah seperti ban dalam mobil dan motor. Itu masuk semua ke pompa yang di Ancol," sambungnya.
Teguh mengakui pihaknya juga kekurangan personel untuk menormalisasi sungai dan menangani banjir di Jakarta. Saat ini Dinas Tata Air DKI memiliki 2127 personel. Jumlah tersebut masih dirasa kurang karena pasukan biru harus selalu siaga 24 jam.
"Gubernur minta kerjakan normalisasi itu (sungai) 24 jam. Kita terbatas dengan jumlah Satgas. 2127 Satgas personel, itu pun bagi 2 karena Satgas ada yang jaga 24 jam," tutur Teguh.
Namun dengan kurangnya personel dan segala permasalahan yang ada bukan berarti Dinas Tata Air DKI tidak melakukan apa-apa untuk menanggulangi banjir di Jakarta. Beberapa upaya yang sudah dilakukan antara lain memperbaiki dan pemeliharaan pompa, pengerukan kali, pengerukan waduk serta normalisasi kali dan waduk.
Comments