Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengatakan, salah satu kendala besar yang tengah dialami Indonesia saat ini yakni lunturnya budaya kearifan lokal di masyarakat. Meskipun secara geopolitik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar, namun nyatanya sebagian besar masyarakat tidak bisa berenang.
"Sebagian besar dari bangsa ini enggak bisa renang, padahal harusnya kita bisa renang karena lautan kita lebih luas daripada tanahnya," Megawati di Kantor Basarnas, Jakarta Pusat, Rabu (24/8).
Presiden RI kelima ini meminta Badan SAR Nasional (Basarnas) untuk kembali menerapkan kearifan lokal pada anggotanya. Sebab, saat ini Indonesia terlena dengan kecanggihan teknologi sehingga melupakan budaya kearifan lokal yang justru lebih cepat bisa terdeteksi saat hendak terjadi bencana.
"Ketika terjadi tsunami Aceh, hari ketiga saya ke sana. Saya lihat yang bisa mengungsi kambing, sapi dan hewan lain yang lari ke bukit. Manusia justru tidak sadar bahwa ada tanda-tanda alam sebelum peristiwa itu," ungkap Megawati.
Hal itu, kata Megawati, membuktikan bahwa secanggih apapun alat yang dimiliki Basarnas ataupun BMKG, budaya kearifan lokal juga tak boleh dilupakan. Sehingga dia menginginkan para anggota Basarnas juga menerapkan kembali budaya kearifan lokal dalam setiap bertugas.
"Ini kearifan lokal harus dipakai dalam menolong, meskipun dalam teknologi canggih, tetapi saya lebih menekankan lebih baik rakyat diajarkan dengan kearifan lokal mereka," ujar Megawati.
Untuk itu, Megawati meminta agar Kepala Basarnas FH Bambang Soelistyo untuk menerapkan budaya kearifan lokal kepada anggotanya serta mengajarkan kembali masyarakat tentang budaya kearifan lokal.
"Saya menantang beliau (Kepala Basarnas) untuk membangkitkan budaya kearifan lokal di BNPP (Basarnas) bahwa manusia itu paling unggul termasuk menyelamatkan diri," tutupnya.
"Sebagian besar dari bangsa ini enggak bisa renang, padahal harusnya kita bisa renang karena lautan kita lebih luas daripada tanahnya," Megawati di Kantor Basarnas, Jakarta Pusat, Rabu (24/8).
Presiden RI kelima ini meminta Badan SAR Nasional (Basarnas) untuk kembali menerapkan kearifan lokal pada anggotanya. Sebab, saat ini Indonesia terlena dengan kecanggihan teknologi sehingga melupakan budaya kearifan lokal yang justru lebih cepat bisa terdeteksi saat hendak terjadi bencana.
"Ketika terjadi tsunami Aceh, hari ketiga saya ke sana. Saya lihat yang bisa mengungsi kambing, sapi dan hewan lain yang lari ke bukit. Manusia justru tidak sadar bahwa ada tanda-tanda alam sebelum peristiwa itu," ungkap Megawati.
Hal itu, kata Megawati, membuktikan bahwa secanggih apapun alat yang dimiliki Basarnas ataupun BMKG, budaya kearifan lokal juga tak boleh dilupakan. Sehingga dia menginginkan para anggota Basarnas juga menerapkan kembali budaya kearifan lokal dalam setiap bertugas.
"Ini kearifan lokal harus dipakai dalam menolong, meskipun dalam teknologi canggih, tetapi saya lebih menekankan lebih baik rakyat diajarkan dengan kearifan lokal mereka," ujar Megawati.
Untuk itu, Megawati meminta agar Kepala Basarnas FH Bambang Soelistyo untuk menerapkan budaya kearifan lokal kepada anggotanya serta mengajarkan kembali masyarakat tentang budaya kearifan lokal.
"Saya menantang beliau (Kepala Basarnas) untuk membangkitkan budaya kearifan lokal di BNPP (Basarnas) bahwa manusia itu paling unggul termasuk menyelamatkan diri," tutupnya.
Comments