Merdeka.com - Salah seorang mantan Teman Ahok, Richard Soekarno bantah kalau dirinya merupakan relawan Ahok. Pasalnya, sejak bergabung dengan Ahok bukan untuk relawan, tetapi memang untuk diperkerjakan.
"Sejak awal masuk Juni 2015 memang saya sudah ditawari gaji iya kan, itu artinya diperkerjakan, tapi kenapa mereka sebut ini Teman Ahok, bilang sebagai relawan," ujar Richard, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (22/6).
Atas hal tersebut, Richard mengaku kecewa karena secara sengaja para pendiri Teman Ahok dengan sengaja berbicara di publik bahwa organisasinya tersebut sebagai relawan.
"Dengan seperti itu kan artinya mereka berbohong, kalau memang ada keuntungan di situ seharusnya enggak usah bilang relawan. Ini perusahaan, kami ada kontraknya dan dibayar Rp 2,5 juta per bulan," bebernya.
Oleh karena itu, lanjut Richard, dirinya secara resmi menyatakan tidak akan bergabung lagi dengan Teman Ahok. Selain karena kontraknya yang sudah habis juga karena kegiatan pengumpulan KTP banyak kepalsuan.
"Saya memang sudah habis kontrak, tapi juga ini kegiatan salah, banyak palsunya, karena ada pengumpulan KTP yang ditukar-tukar atau dibarter, ini pembohongan publik. Saya berani begini karena saya cinta masyarakat," ujarnya.
Di tempat yang sama, Penanggung Jawab (PJ) Posko Kamal, Jakarta Barat Paulusu Romindoh mengaku selama hampir setahun bekerja seperti di perusahaan. Sebab harus ada target yang dipenuhi hingga 140 KTP bila ingin dapat Rp 500 ribu. Maka, dengan ini dirinya sebagian besar dari 152 PJ di Jakarta itu melakukan manipulasi KTP dengan cara barter dengan kelurahan lain.
"Tidak ada data (KTP) yang real dan bener. Sampai korpos (atasan PJ) bermain semua. Ada barter KTP misal, pinang ranti sudah setor 140 nah abis itu dibarter bulan depan dengan kelurahan lain misal Sukabumi Selatan. Verifikasi tidak maksimal. Mereka random nelepon, cuma 10-15. Itu yg ngajarin atasan kita. Kita susah karena ada," kata Paulus.
"Sejak awal masuk Juni 2015 memang saya sudah ditawari gaji iya kan, itu artinya diperkerjakan, tapi kenapa mereka sebut ini Teman Ahok, bilang sebagai relawan," ujar Richard, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (22/6).
Atas hal tersebut, Richard mengaku kecewa karena secara sengaja para pendiri Teman Ahok dengan sengaja berbicara di publik bahwa organisasinya tersebut sebagai relawan.
"Dengan seperti itu kan artinya mereka berbohong, kalau memang ada keuntungan di situ seharusnya enggak usah bilang relawan. Ini perusahaan, kami ada kontraknya dan dibayar Rp 2,5 juta per bulan," bebernya.
Oleh karena itu, lanjut Richard, dirinya secara resmi menyatakan tidak akan bergabung lagi dengan Teman Ahok. Selain karena kontraknya yang sudah habis juga karena kegiatan pengumpulan KTP banyak kepalsuan.
"Saya memang sudah habis kontrak, tapi juga ini kegiatan salah, banyak palsunya, karena ada pengumpulan KTP yang ditukar-tukar atau dibarter, ini pembohongan publik. Saya berani begini karena saya cinta masyarakat," ujarnya.
Di tempat yang sama, Penanggung Jawab (PJ) Posko Kamal, Jakarta Barat Paulusu Romindoh mengaku selama hampir setahun bekerja seperti di perusahaan. Sebab harus ada target yang dipenuhi hingga 140 KTP bila ingin dapat Rp 500 ribu. Maka, dengan ini dirinya sebagian besar dari 152 PJ di Jakarta itu melakukan manipulasi KTP dengan cara barter dengan kelurahan lain.
"Tidak ada data (KTP) yang real dan bener. Sampai korpos (atasan PJ) bermain semua. Ada barter KTP misal, pinang ranti sudah setor 140 nah abis itu dibarter bulan depan dengan kelurahan lain misal Sukabumi Selatan. Verifikasi tidak maksimal. Mereka random nelepon, cuma 10-15. Itu yg ngajarin atasan kita. Kita susah karena ada," kata Paulus.
Comments