Skip to main content

Beda dengan Jakarta, Trotoar Surabaya Cantik dan Nyaman Bagi Pejalan Kaki

Beda dengan Jakarta, Trotoar Surabaya Cantik dan Nyaman Bagi Pejalan KakiTrotoar di Jl Yos Sudarso Surabaya, Foto: Budi Sugiharto

Trotoar di Jakarta sudah beralih fungsi dan tak lagi nyaman untuk pejalan kaki. Namun beda cerita dengan trotoar di Surabaya, trotoar yang nyaman membuat warga kota terbesar kedua di Indonesia nyaman berjalan kaki.

Di bawah kepemimpinan Wali Kota Tri Rismaharini pembangunan pedestrian yang nyaman dan manusiawi menjadi perhatian serius. Upaya mempercantik dan memberikan kenyamanan bagi warganya terus dilakukan, salah satunya memperlebar, mempercantik fasilitas pedestrian serta manusiawi dan peduli bagi kaum difabel.

Selain bisa menikmati kerindangan pepohonan yang memayungi membuat pejalan kaki di trotoar yang sudah dipercantik dengan keramik itu makin merasa nyaman.

Trotoar di Jl Wali Kota Mustajab di Surabaya, Foto: Budi Sugiharto
Tak hanya itu, pedestrian yang pembangunannya dirintis sejak kepimpinan pasangan Bambang DH-Arif Afandi ini juga tak melupakan kepentingan kaum difabel (tunanetra) dengan memberikan jalur khusus. Desain pemilihan keramik yang dipasang disesuaikan, berbeda dengan keramik di ruas atau bidang lainnya. 

"Saat ini kita fokuskan pedestrian seluruhnya baru kita pasang jalur difabel, mana yang belum akan diberi secara bertahap," kata Kepala Dinas PU, Bina Marga dan Pematusan Surabaya, Erna Purnawati, pada detikcom, Kamis (4/8/2016).

Trotoar ramah difabel di Jl Wali Kota Mustajab Surabaya. Foto: Budi Sugiharto
Kini hampir 91 jalan, trotoarnya sudah dibangun dan dipercantik serta dilengkapi jalur untuk penyandang difabel. Di antaranya Jalan Raya Darmo, Rajawali, Urip Sumoharjo (arah Darmo), Raya Gubeng, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Pemuda dan Jalan Ahmad Yani (frontage road sisi timur) serta Jalan Gemblongan.

"Saat ini, untuk jalur protokol atau jalan tengah kota sudah terbangun pedestriannya termasuk kawasan sentra ekonomi dan perkantoran. Saat ini terus kita lakukan pembangunan di jalan pendukung," pungkas Erna.

Kondisi di Jakarta

Beda cerita dengan trotoar di Jakarta yang sudah banyak beralih fungsi. Trotoar di Jakarta dinilai tak lagi memfasilitasi hak pejalan kaki.

"(Tempat) Pedestrian itu ada yang masih ngawur dan ada yang setengah teratur. Kenapa? Karena di jalan-jalan besar seperti Sudirman-Thamrin ruang pejalan kakinya sudah tersedia dan sudah teratur. Tapi di ruas jalan lain masih ngawur di (tempat) pedestrian ada pedagang kaki lima, jadi lahan parkir, malah kalau ada pejalan kaki yang lewat lebih galak mereka," kata pengamat kebijakan publik Agus Pambagio, dalam diskusi mengenai 'Kualitas Pedestrian' di kantor Ombudsman RI, Jl HR Rasuna Sahid, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (4/8/2016).

Pedagang parsel di trotoar Cikini, Jakarta Pusat
Tak hanya itu saja ketika mau menyeberang jalan, pejalan kaki pun susah. "Zebra cross saja yang seharusnya untuk pejalan kaki malah diserobot pengendara, bahkan kalau diingatkan lebih galak pengendaranya dari pada pejalan kaki. Ini yang seharusnya bisa dijerat dengan pelanggaran lalu lintas," tambah Agus sembari memaparkan perlindungan bagi pejalan kaki di zebra cross yang diatur di UU No 22 tahun 2009 tentang LLAJ.
Memang masih ada trotoar yang sangat nyaman untuk pejalan kaki seperti sepanjang Jl Sudirman-MH Thamrin dan sekitar Monas di Jakarta Pusat. Lalu kapan trotoar-trotoar lain di Jakarta bakal nyaman digunakan untuk pejalan kaki?

Comments

Popular Posts

"Pak Ahok, 'You Will Never Walk Alone'..."

Kurnia Sari Aziza/KOMPAS.com Warga menandatangani dan memberi kalimat dukungan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di area Car Free Day, Jakarta, Minggu (16/11/2014). JAKARTA, KOMPAS.com  — "Saya Muslim, dan saya dukung Ahok," begitu kata Friska Lubis (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, memberikan dukungan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Minggu (16/11/2014) pagi, Friska bersama kedua temannya sedang berlari pagi saat  car free day . Namun, aktivitas mereka terhenti saat melihat dua spanduk berukuran 1,5 x 5 meter terbentang di pelataran halaman Hotel Kempinski, Jakarta. Spanduk itu berasal dari Barisan Relawan Indonesia. Dalam spanduk itu terdapat foto Basuki mengenakan baju kotak-kotak. Friska dan kedua temannya langsung mengambil spidol dan menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan kepada Basuki. "Pak Ahok,  you will never walk alone ," tulis Friska di spanduk itu. Pegawai salah satu p...

Hujan Deras Mengguyur Ibu Kota, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air

 Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta, Senin (1/11/2016), menimbulkan genangan air di sejumlah lokasi. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi tersendat. Berdasarkan informasi dari Akun Twitter Resmi TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, genangan air tampak di sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Salah satunya di Jalan DI Panjaitan. Di lokasi tersebut, air menggenangi ruas jalan setinggi 20 sentimeter. Akibat genangan air tersebut kendaraan terpaksa melintas di jalur Transjakarta. View image on Twitter  Follow TMC Polda Metro Jaya   ✔ @TMCPoldaMetro 15.38 Genangan air sekitar 30 cm di Jl Pangeran Jayakarta lalin terpantau padat @ kolammedan 3:38 PM - 1 Nov 2016     2 2 Retweets     5 5 likes "15.33 WIB genangan air sekitar 20cm depan Wika Jalan DI Panjaitan, Jaktim, hati-hati bila melintas," tulis akun twitter @TMCPoldaMetro. Selain di Jalan DI Pan...

Indonesiaku Kini

Indonesia , Bangsa yang pernah jaya dimasa lalu, pernah pula dijajah berabad-abad lamanya, kemudian menggapai kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, namun hingga kini setelah sekian puluh tahun merdeka , kini Indonesia seolah kehilangan arah dan tujuan dari para pendiri bangsa ini dulu ketika memproklamirkan kemerdekaannya, di lapisan atas para elite sibuk berperang memperebutkan kekuasaan sedangkan dilapisan bawah rakyat kehilangan pegangan dan harapan, di lapisan tengah rakyat harus berjuang sendiri dan di goyang atas bawah pusing mengikuti entah mau kemana. Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, dimana nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung, ditakuti dan disegani para musuh, dihormati para sahabat kini seperti bayi yang baru belajar merangkak, butuh bimbingan dan pengawasan dari para musuh serta sahabat.  Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, tidak pernah membedakan suku dan agama, saling bahu membahu mempertahankan kejayaannya, tid...