Presiden Joko Widodo mengundang 503 kepala sekolah se-Indonesia peraih indeks integritas terbaik. Ke-503 sekolah ini dinilai konsisten mempertahankan integritas selama 5 tahun terakhir dan meraih nilai ujian yang tinggi.
"Kejujuran adalah nilai fundamental dalam membangun bangsa. Bangsa kita akan dihormati jika memiliki kejujuran yang tinggi, memiliki rakyat yang penuh kejujuran dan integritas. Banyak bangsa harus mendapat takdir sebagai bangsa yang gagal karena gagal menjaga integritas dan kejujuran," tutur Jokowi dalam sambutan di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (21/12/2015).
Jokowi kemudian menyinggung sikap sebagian orang Indonesia yang mendadak patuh aturan saat bertandang ke Singapura. Sementara ketika kembali ke Indonesia, tanah airnya sendiri, mereka kembali membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya.
"Anak-anak kita banyak terbuai oleh nilai-nilai barat, menganggap barat itu gaul padahal Indonesia memiliki nilai dan karakter tersendiri. Nilai-nilai Pancasila, gotong royong itu budaya kita. Rumah, sekolah adalah arena pembelajaran terbaik dalam mengembangkan nilai kejujuran itu," ungkap Jokowi.
Jokowi kemudian bercerita saat menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, Kadis Pendidikan setempat bertanya soal target nilai ujian. Jokowi heran pada saat itu.
"Lupakan itu, bekerja dengan saya bukan itu. Apa adanya saja. Itu yang ingin saya kembangkan di kota ini, di provinsi ini, enggak ada target (nilai ujian), budaya itu sudah lama dilakukan. Bupati, wali kota memberikan target, kepala dinas mengumpulkan ka sekolahnya diberikan target juga. Apakah kt bangga dapat nilai yang sangat tinggi dengan cara-cara seperti itu? Saya enggak mau!" kata Jokowi.
"Saya melihat SMP saya, SMP 1 Surakarta di mana saya pernah belajar, masuk dalam peringkat sekolah yang punya kejujuran sangat baik. Masa SMP sendiri enggak dibanggakan?" lanjut dia.
Mendikbud Anies Baswedan kemudian memaparkan indeks integritas yang dimaksud. Hasilnya terbilang cukup mencengangkan karena hanya sekitar 20an persen sekolah se-Indonesia yang meraih nilai tinggi dengan integritas yang tinggi pula.
"Integritas adalah pondasi untuk melahirkan generasi berkarakter. Saat ini ada apatisme atas kejujuran dan integritas, di tengah itu masih banyak sekolah-sekolah yang memiliki integritas tinggi. Sesuai dengan amanat Presiden untuk melakukan reformasi ujian nasional, ujian nasional tak lagi menjadi syarat kelulusan," ujar Anies.
"Kejujuran adalah nilai fundamental dalam membangun bangsa. Bangsa kita akan dihormati jika memiliki kejujuran yang tinggi, memiliki rakyat yang penuh kejujuran dan integritas. Banyak bangsa harus mendapat takdir sebagai bangsa yang gagal karena gagal menjaga integritas dan kejujuran," tutur Jokowi dalam sambutan di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (21/12/2015).
foto: Biro Pers
|
"Anak-anak kita banyak terbuai oleh nilai-nilai barat, menganggap barat itu gaul padahal Indonesia memiliki nilai dan karakter tersendiri. Nilai-nilai Pancasila, gotong royong itu budaya kita. Rumah, sekolah adalah arena pembelajaran terbaik dalam mengembangkan nilai kejujuran itu," ungkap Jokowi.
Jokowi kemudian bercerita saat menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, Kadis Pendidikan setempat bertanya soal target nilai ujian. Jokowi heran pada saat itu.
"Lupakan itu, bekerja dengan saya bukan itu. Apa adanya saja. Itu yang ingin saya kembangkan di kota ini, di provinsi ini, enggak ada target (nilai ujian), budaya itu sudah lama dilakukan. Bupati, wali kota memberikan target, kepala dinas mengumpulkan ka sekolahnya diberikan target juga. Apakah kt bangga dapat nilai yang sangat tinggi dengan cara-cara seperti itu? Saya enggak mau!" kata Jokowi.
"Saya melihat SMP saya, SMP 1 Surakarta di mana saya pernah belajar, masuk dalam peringkat sekolah yang punya kejujuran sangat baik. Masa SMP sendiri enggak dibanggakan?" lanjut dia.
foto: Biro Pers
|
foto: Biro Pers
|
Comments