Skip to main content

Suara Warga Bukit Duri Jelang Musim Banjir Jakarta dan Harapan Relokasi

Warga Bukit Duri, Jakarta Selatan, harap-harap cemas saat musim hujan datang. Kawasan langganan banjir ini termasuk yang terkena normalisasi Sungai Ciliwung. Ada harapan solusi, ganti rugi dan relokasi. 

Keresahan itu diungkapkan seorang warga RT 06 RW 12 Kelurahan Bukit Duri, Teddy Rustiadi (46). Teddy, yang rumahnya berbatasan langsung dengan Kali Ciliwung, mengungkapkan kemungkinan dia juga akan terkena normalisasi. 

"Di bantaran sini ada empat RT yaitu RT 5, 6, 7, dan 8. Kemungkinan kena gusur warga RT 5 dan 6 karena tinggal di sepanjang bantaran Kali Ciliwung. Sedangkan RT 7 dan 8 itu warga yang tinggal di tanah PT KAI," tutur Teddy saat ditemui detikcom di rumahnya, Rabu (23/12/2015).

Teddy juga mengatakan, sosialisasi relokasi atau penggusuran selama ini baru dilakukan oleh suatu LSM yang mengadvokasi warga bantaran Kali Ciliwung. Desas-desus penggusuran pun semakin santer didengar warga. Ceritanya juga mengorek masa lalu ketika tahun 1996 ada wacana pemerintah untuk merelokasi warga RT 5 dan 6 ini.

(Foto: Ahmad Masaul Khoiri)
"Dulu memang wacana relokasi sudah mulai pada tahun 1996 tapi nggak pernah jadi. Sudah pernah disosialisasi sama LSM. Kalau mendengar ada penggusuran, kami sudah tahu. Jadi sudah ada sosialisasi warga 3 kali dengan LSM itu. Tapi belum ada sosialisasi sama sekali dari pemerintah atau pun kelurahan. Surat-surat penggusurannya pun belum sampai ke sini," jelas Teddy.

Dari penuturan Teddy, warga menginginkan kepastian akan nasibnya tentang relokasi dan ganti rugi. Ada beberapa kemungkinan kenapa warga tidak mau direlokasi. Pertama, karena warga sudah menempati lahan di sini puluhan tahun. Kedua, adanya warga yang bersikeras tinggal karena mereka mempunyai bisnis rumah kontrakan di lahan bantaran kali ini. 

"Jadi warga yang tinggal di sini sudah puluhan tahun. Mayoritas dari warga sini pengin diganti rugi bangunannya. Tapi ada juga yang bersikeras mempertahankan kepemilikan tanahnya. Karena yang bersikeras itu merasa memiliki tanah yang sudah puluhan tahun dihuni. Orang-orang yang tidak mau dipindah karena mempunyai rumah kontrakan di sini," tambah Teddy.

Warga Bukit Duri yang tinggal di sepanjang bantaran Kali Ciliwung, menurut Teddy, rata-rata pendatang dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah lainnya di luar Jakarta. Mayoritas pekerjaan mereka adalah pedagang.

(Foto: Ahmad Masaul Khoiri)
"Warga sini mayoritas bekerja sebagai pedagang. Ada yang dagang ayam potong, warung makan, warung kelontong, dan ada berjualan di pasar," imbuh Teddy.

Ketika ditanya tentang kepemilikan surat tanah, Teddy menduga kemungkinan ada beberapa warga yang mempunyainya. Tetapi warga kesulitan untuk mengajukan surat izin mendirikan bangunan (IMB).

"Mungkin ada yang punya surat tanah. Tapi kesulitan yang paling dialami warga itu mengajukan surat IMB," tutur Teddy yang tidak punya surat tanah ini.

Karena tidak punya surat tanah, Teddy mengingingkan solusi relokasi. Selain itu, ada pula keinginan warga untuk mendapat ganti rugi biaya pembangunan rumahnya.

"Solusinya semua warga direlokasi ke rusunawa. Tapi masih simpang siur di mana tempatnya. Ada yang bilang di Cakung dan kalaupun di daerah selatan masih belum dapat posisinya di mana. Walaupun dapat rusun, nanti ada penggantian rumah yang digusur," jelas Teddy.

Ronda Malam

Mendengar isu-isu penggusuran itu, warga di wilayahnya, imbuh dia, kini berjaga dengan melakukan ronda bergiliran keliling tiap malam. 

"Warga pun pernah ngeronda karena takut hal-hal yang tidak diinginkan. Kegiatan ronda dilakukan setelah penggusuran Kampung Pulo," cerita Teddy.

Teddy mengisahkan banjir di rumahnya paling besar pada tahun 2007. Saat itu, banjir mencapai lebih dari dua meter. Setelahnya, kawasan rumahnya memang mengalami banjir tahunan, meski tidak terlalu tinggi. Pada tahun 2014 lalu, ketinggian air paling tinggi hanya sampai  sekitar 50 cm dan cepat surut.

"Tempat pengungsian sementara kalau ada banjir letaknya di tempat yang lebih tinggi. Letaknya di bangunan sekolah TK SD Bukit Duri, di RT 9," pungkas Teddy.

Sebelumnya, Gubernur DKI Basuki T Purnama (Ahok) mengungkapkan rencana relokasi warga Bukit Duri. Pemprov DKI menyiapkan rusun di Cipinang Besar Selatan (Cibesel) dan Pulogebang untuk warga Bukit Duri yang akan direlokasi. 

"Bukit Duri kita siapkan ada 2 rusun di Cibesel sama di Pulogebang," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (25/8/2015).

Total ada 310 unit hunian di dua rusun tersebut. "Di Cibesel (Cipinang Besar Selatan) kalau nggak salah ada kira-kira 160 unit. Yang di Pulogebang kalau nggak salah 150 unit," jelas Ahok. 

Comments

Popular Posts

"Pak Ahok, 'You Will Never Walk Alone'..."

Kurnia Sari Aziza/KOMPAS.com Warga menandatangani dan memberi kalimat dukungan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di area Car Free Day, Jakarta, Minggu (16/11/2014). JAKARTA, KOMPAS.com  — "Saya Muslim, dan saya dukung Ahok," begitu kata Friska Lubis (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, memberikan dukungan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Minggu (16/11/2014) pagi, Friska bersama kedua temannya sedang berlari pagi saat  car free day . Namun, aktivitas mereka terhenti saat melihat dua spanduk berukuran 1,5 x 5 meter terbentang di pelataran halaman Hotel Kempinski, Jakarta. Spanduk itu berasal dari Barisan Relawan Indonesia. Dalam spanduk itu terdapat foto Basuki mengenakan baju kotak-kotak. Friska dan kedua temannya langsung mengambil spidol dan menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan kepada Basuki. "Pak Ahok,  you will never walk alone ," tulis Friska di spanduk itu. Pegawai salah satu p...

Hujan Deras Mengguyur Ibu Kota, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air

 Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta, Senin (1/11/2016), menimbulkan genangan air di sejumlah lokasi. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi tersendat. Berdasarkan informasi dari Akun Twitter Resmi TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, genangan air tampak di sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Salah satunya di Jalan DI Panjaitan. Di lokasi tersebut, air menggenangi ruas jalan setinggi 20 sentimeter. Akibat genangan air tersebut kendaraan terpaksa melintas di jalur Transjakarta. View image on Twitter  Follow TMC Polda Metro Jaya   ✔ @TMCPoldaMetro 15.38 Genangan air sekitar 30 cm di Jl Pangeran Jayakarta lalin terpantau padat @ kolammedan 3:38 PM - 1 Nov 2016     2 2 Retweets     5 5 likes "15.33 WIB genangan air sekitar 20cm depan Wika Jalan DI Panjaitan, Jaktim, hati-hati bila melintas," tulis akun twitter @TMCPoldaMetro. Selain di Jalan DI Pan...

Indonesiaku Kini

Indonesia , Bangsa yang pernah jaya dimasa lalu, pernah pula dijajah berabad-abad lamanya, kemudian menggapai kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, namun hingga kini setelah sekian puluh tahun merdeka , kini Indonesia seolah kehilangan arah dan tujuan dari para pendiri bangsa ini dulu ketika memproklamirkan kemerdekaannya, di lapisan atas para elite sibuk berperang memperebutkan kekuasaan sedangkan dilapisan bawah rakyat kehilangan pegangan dan harapan, di lapisan tengah rakyat harus berjuang sendiri dan di goyang atas bawah pusing mengikuti entah mau kemana. Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, dimana nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung, ditakuti dan disegani para musuh, dihormati para sahabat kini seperti bayi yang baru belajar merangkak, butuh bimbingan dan pengawasan dari para musuh serta sahabat.  Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, tidak pernah membedakan suku dan agama, saling bahu membahu mempertahankan kejayaannya, tid...