Nama Heru Budi Hartono sebagai bakal calon wakil gubernur ternyata tak begitu tenar di mata warga Jakarta.
Dari hasil survei Charta Politika, elektabilitas Heru berada di posisi keempat dengan perolehan 7,5 persen.
Tiga teratas diduduki oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat 11,8 persen, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad 10 persen, dan Abraham Lunggana"Lulung" sebanyak 7,5 persen.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai, posisi wakil gubernur tidak terlalu menentukan elektabilitas pada pilkada. Posisi wakil dianggap sebagai pelengkap.
"Hampir di seluruh pilkada, elektabilitas wagub memang tidak dominan," kata Yunarto saat rilis survei "Siapa Berani LawanAhok?" di kantor Charta Politika, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (30/3/2016).
Contohnya dari pemilihan Ahok kepada Heru. Menurut Yunarto, Heru dipilih Ahok bukan karena elektabilitas, melainkan bagian dari kinerja Heru selama ini di Pemprov DKI Jakarta.
"Ahok menganggap Heru bekerja secara baik dan mau mengubahmindset orang tentang PNS (pegawai negeri sipil) yang dianggap buruk. Jadi bukan karena faktor elektabilitas," ungkap Yunarto.
Pengumpulan data survei dilakukan Charta Politika pada 15-20 Maret 2016 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan metode kuesioner terstruktur.
Jumlah sampel sebanyak 400 responden yang tersebar di lima wilayah kota administrasi dan satu kepulauan di DKI Jakarta.
Survei ini menggunakan metode acak bertingkat dengan margin of error lebih kurang 4,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini dilakukan setelah Ahok mengumumkan bakal calon wakil gubernurnya, Heru Budi Hartono.
Comments