Skip to main content

Kota Tua Punya Cerita...

KOTA tua di Nusantara menatap masa depan dengan gagah. Apakah mereka akan terhenti oleh bergulirnya zaman atau bertahan hingga seribu tahun lagi? Kota tua selalu punya cerita....

Mari kita lihat dua di antara banyak kawasan lawas itu, Kota Tua Jakarta dan kawasan Braga di ā€Kota Kembangā€ Bandung.

Tua-tua keladi. Begitulah barangkali Kota Tua Jakarta saat ini. Tua bukan berarti renta, justru tambah segar meski masih menyisakan sedikit rona suram di wajahnya.

Giat bersolek, Kota Tua Jakarta tengah menanti sidang UNESCO tahun depan yang menentukan apakah kawasan ini layak dinobatkan sebagai World Heritage Sites.

Salah satu kawasan inti Kota Tua Jakarta adalah Taman Fatahillah dengan gedung-gedung tua di sekelilingnya, antara lain Museum Sejarah Jakarta yang dulunya Balai Kota Batavia dan dibangun tahun 1704-1709.

Bangunan ini menggantikan balai kota lama yang dibangun tahun 1620 oleh pendiri Batavia yang juga gubernur jenderal pertama Batavia, Jan Pieterszoon Coen.

Taman Fatahillah sebenarnya berupa lapangan yang luasannya tertutup lempengan batu-batu hitam. Di antara ratusan orang yang siang itu berada di area ini, duduk Laura dan Sophie, dua turis asal Jerman.

Kota Tua menjadi salah satu tempat yang dikunjungi keduanya selama singgah di Jakarta sebelum melanjutkan liburan dua pekan mereka ke tempat lain di Jawa, Bali, dan Lombok.
KOMPAS.com/Wahyu Adityo ProdjoPengunjung Kota Tua Jakarta sedang menaiki sepeda onthel di pelataran Museum Fatahillah, Jakarta, Selasa (23/6/2015).
Selain mencicipi nasi goreng gurih pedas dari pedagang kaki lima, keduanya mendadak jadi ā€artisā€ karena diminta foto bersama oleh para pengunjung lokal. Sesuatu yang hampir pasti di luar bayangan mereka.

ā€Beda sekali dengan kawasan tua di Eropa. Di sini banyak pedagang makanan jalanan, restoran, dan toko. Orangnya juga ramah-ramah. Tempatnya bersih. Kecuali kalau kita lewat di jalan-jalan kecil di sekitarnya, terlihat agak kotor,ā€ tutur Laura.

Panas masih menyengat meski sore telah menjelang. Di salah satu area taman, sekelompok anak muda tampak bergantian meloncat ke udara dan dipotret seorang di antara mereka. Dilengkapi fasilitas Wi-Fi gratis berkecepatan tinggi, foto-foto mereka langsung bisa diunggah di media sosial.

Kota Tua kini terasa lebih lapang setelah tidak ada lagi pedagang kaki lima yang menggelar dagangan di pelataran Taman Fatahillah. ā€Tempatnya memang sudah menarik, jadi kalau bersih seperti ini lebih nyaman,ā€ kata Chairunisa (21), pengunjung.

Hanya sekitar 15 kilometer dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, 8 kilometer dari pusat bisnis SCBD, atau 5 kilometer dari Istana Negara, Kota Tua Jakarta sudah semestinya mampu menarik kunjungan.

Beberapa tempat yang sudah bisa dinikmati di sini, antara lain Batavia Market dan Kedai Pos yang berada di lantai satu bangunan Kantor Pos. Serta yang segera diluncurkan adalah Gedung Olveh yang memadukan beragam kegiatan seni, kuliner, dan kegiatan kreatif lainnya.

Ini belum termasuk gedung-gedung kuno yang dijadikan museum, antara lain Museum Wayang yang dulunya Gereja Kubah atau Museum Seni dan Keramik yang dulu gedung lembaga peradilan kolonial.

Revitalisasi sudah akrab dengan Kota Tua Jakarta. Belanda pernah membangun, membongkar, lalu membangun lagi kawasan Oud Batavia pada 1912 dan baru selesai tahun 1929.

TRIBUNNEWS/HERUDINWisatawan mancanegara menikmati suasana di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Kamis (4/9/2014).
ā€Bangunan yang ada sekarang merupakan hasil revitalisasi pertama oleh Belanda. Jadi bukan bangunan abad ke-18. Gayanya pun art deco. Jalan-jalan sekitarnya mengadopsi pola lama, tetapi kanal diuruk akibat banjir. Ternyata malah banjir besar tahun 1918. Itu salah satu kegagalan revitalisasi Belanda,ā€ kata arkeolog Candrian Attahiyat.

Revitalisasi kembali dilakukan pada masa Gubernur Ali Sadikin dengan mempercantik Taman Fatahillah dan memanfaatkan bangunan telantar menjadi museum.

Sayangnya, upaya ini terbentur peristiwa Malari tahun 1974 yang membuat investor takut dan meninggalkan kawasan ini. Puncaknya pada 1998 ketika krisis moneter yang membuat banyak bangunan ditinggalkan pemiliknya.

Revitalisasi dimulai kembali pada 2005. Tahun 2013, Pemprov DKI Jakarta menggandeng PT Jakarta Old Town Revitalization Corp (JOTRC) untuk memugar bangunan sekaligus menggandeng mitra swasta dalam pemanfaatan dan pengelolaan Kota Tua.

Sudah banyak perbaikan, tetapi masih menyisakan pekerjaan rumah, seperti Kali Besar yang masih bau dan masih banyak bangunan tua yang hampir roboh.

ā€Pengembangan Kota Tua diarahkan sebagai tempat to live, to work, to play. Gedung-gedung diperbaiki fisiknya, lantas dimanfaatkan, tidak dibiarkan kosong, sehingga tidak hanya menjadi benda mati,ā€ kata Yayat Sujatna, Project Director JOTRC.

Nasib Braga

Di Bandung, Braga menjadi jalanan paling tenar yang menjadi sasaran orang berswafoto. Beberapa pasang kekasih tampak menjalani pemotretan pranikah.

Rd.Ramanda JahansyahtonoChez Bon Hostel terletak di tengah Jalan Braga, tepatnya di Jl. Braga No.45, Sumur Bandung.
Seorang fotografer pernikahan, Alex (26), mengatakan, Braga merupakan salah satu pilihan utama membuat foto pranikah. Arsitektur bangunan klasik dan lukisan yang dijajakan di pinggir jalan menjadi pemanisnya.

Meski hanya bagian kecil dari heritage atau cagar budaya Bandung, Braga berandil besar membuat kota ini dijuluki ā€Parijs van Javaā€ atau ā€Parisnya Jawaā€. Jalan selebar 9 meter ini menjadi tempat tongkrongan baru ketika Gedung Societet Concordia, sekarang Gedung Merdeka, dibangun di pojok barat simpang Braga.

Tidak hanya sebagai tempat berkumpul, juga berkembang menjadi tempat bermain musik dan berdansa, seperti disebutkan dalam buku Her Suganda, Jendela Bandung: Pengalaman Bersama Kompas.

Di depan Societet, berdiri De Vries, toko kelontong terbesar. Restoran mewah juga ada, seperti Maison Bogerijen (Braga Permai) hingga Het Snoephuis (Sumber Hidangan) yang memuaskan dahaga dan perut keroncongan pelintas Braga.

Tidak ketinggalan, rumah mode Au Bon Marche hingga Onderling Belang yang membuat anak muda saat itu tak ketinggalan mode yang tengah tren di Eropa. Braga menjadi kompleks pertokoan Eropa paling terkemuka di Hindia Belanda.

Pesona Braga mengundang banyak pelukis tenar mampir dan berkarya, seperti Affandi, Barli, dan Basuki Abdullah.

ā€Hingga tahun 1980, Braga masih tenar terutama bagi anak muda Bandung. Banyak artis menghabiskan waktu di sana. Semua jenis mode dan gaya terbaru ada di sana. Tak heran bila ada julukan ’Braga Deren’, merujuk pada Braga sebagai tempat memamerkan beragam gaya teranyar,ā€ kenang David Soediono, anggota tim Pertimbangan Pelestarian Kawasan Budaya Kota Bandung.

Akan tetapi, kondisi itu perlahan surut memasuki tahun 1990-an. Dari pusat mode dan gaya anak muda, Braga kehilangan arah, lalu menjadi pusat penjualan mebel sebelum semakin merana medio tahun 2005-2006. Saat itu, 45 persen dari total 120 toko tidak terisi.

KOMPAS.com/Reni SusantiWisatawan lokal dan asing sedang menikmati Braga di pagi hari dengan jalan kaki.
Braga semakin tertinggal deru pembangunan Kota Bandung. Barangkali ini karena pengelolaan bangunan tua di Bandung yang masih dianggap beban, bukan aset, seperti pernah dikatakan Ridwan Kamil semasa menjadi Ketua Bandung Creative City Forum.

Menurut Ridwan yang kini Wali Kota Bandung, arsitektur megah dan konstruksi kokoh justru dianggap ketinggalan zaman lalu dikosongkan atau bahkan dihancurkan.

Braga sempat kembali bergairah ketika Bandung menjadi tuan rumah peringatan 50 tahun Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka. Braga ikut dirias. ā€Gairah itu menandakan ada harapan sebagian masyarakat untuk melihat Braga kembali bersinar,ā€ ujar David.

Harapan masyarakat dan kerja regulator akan menentukan, apakah suatu cagar budaya akan tetap hidup dan terpelihara atau terpuruk ditelan zaman.

Sebab, sesungguhnya bangunan cagar budaya itu menyimpan energi kehidupan dan cita-cita para pendahulu yang membentuk kehidupan di masa depan. Seperti kata Winston Churchill, ā€We shape our buildings, thereafter they shape us.ā€

Comments

Popular Posts

"Pak Ahok, 'You Will Never Walk Alone'..."

Kurnia Sari Aziza/KOMPAS.com Warga menandatangani dan memberi kalimat dukungan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di area Car Free Day, Jakarta, Minggu (16/11/2014). JAKARTA, KOMPAS.com  ā€” "Saya Muslim, dan saya dukung Ahok," begitu kata Friska Lubis (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, memberikan dukungan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Minggu (16/11/2014) pagi, Friska bersama kedua temannya sedang berlari pagi saat  car free day . Namun, aktivitas mereka terhenti saat melihat dua spanduk berukuran 1,5 x 5 meter terbentang di pelataran halaman Hotel Kempinski, Jakarta. Spanduk itu berasal dari Barisan Relawan Indonesia. Dalam spanduk itu terdapat foto Basuki mengenakan baju kotak-kotak. Friska dan kedua temannya langsung mengambil spidol dan menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan kepada Basuki. "Pak Ahok,  you will never walk alone ," tulis Friska di spanduk itu. Pegawai salah satu p...

Hujan Deras Mengguyur Ibu Kota, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air

 Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta, Senin (1/11/2016), menimbulkan genangan air di sejumlah lokasi. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi tersendat. Berdasarkan informasi dari Akun Twitter Resmi TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, genangan air tampak di sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Salah satunya di Jalan DI Panjaitan. Di lokasi tersebut, air menggenangi ruas jalan setinggi 20 sentimeter. Akibat genangan air tersebut kendaraan terpaksa melintas di jalur Transjakarta. View image on Twitter  Follow TMC Polda Metro Jaya   āœ” @TMCPoldaMetro 15.38 Genangan air sekitar 30 cm di Jl Pangeran Jayakarta lalin terpantau padat @ kolammedan 3:38 PM - 1 Nov 2016     2 2 Retweets     5 5 likes "15.33 WIB genangan air sekitar 20cm depan Wika Jalan DI Panjaitan, Jaktim, hati-hati bila melintas," tulis akun twitter @TMCPoldaMetro. Selain di Jalan DI Pan...

Indonesiaku Kini

Indonesia , Bangsa yang pernah jaya dimasa lalu, pernah pula dijajah berabad-abad lamanya, kemudian menggapai kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, namun hingga kini setelah sekian puluh tahun merdeka , kini Indonesia seolah kehilangan arah dan tujuan dari para pendiri bangsa ini dulu ketika memproklamirkan kemerdekaannya, di lapisan atas para elite sibuk berperang memperebutkan kekuasaan sedangkan dilapisan bawah rakyat kehilangan pegangan dan harapan, di lapisan tengah rakyat harus berjuang sendiri dan di goyang atas bawah pusing mengikuti entah mau kemana. Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, dimana nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung, ditakuti dan disegani para musuh, dihormati para sahabat kini seperti bayi yang baru belajar merangkak, butuh bimbingan dan pengawasan dari para musuh serta sahabat.  Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, tidak pernah membedakan suku dan agama, saling bahu membahu mempertahankan kejayaannya, tid...