Ada gaya berbeda dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akhir-akhir ini. Dia mulai rajin blusukan, turun langsung ke masyarakat dan mengecek sejumlah saluran air.
Sebelumnya sejak masih menjadi wagub, Ahok tegas menyatakan keengganannya untuk blusukan. Saat menjadi gubernur menggantikan Joko Widodo (Jokowi) yang terpilih menjadi presiden, Ahok juga menegaskan tak akan blusukan.
Bahkan dengan berkelakar dia mempersilakan Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat untuk blusukan. "(Yang akan sering blusukan) tergantung. Yang item (Djarot) kalau dia demen ya blusukan saja. Kalau gue nanti item lagi," kata Ahok setengah bercanda di Balaikota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakpus, Selasa (16/15/2014).
Keengganan Ahok blusukan bukan tanpa alasan. Dia memanfaatkan kecanggihan teknologi yakni dengan memasang closed-circuit television (CCTV) di sejumlah tempat, menginstal aplikasi SafetiPin di telepon pintarnya. Selain teknologi, Ahok juga mengandalkan laporan dari anak buahnya.
Semua bermula ketika Jakarta dilanda hujan lebat dengan durasi lama pada Kamis, 21 April 2016 pekan lalu. Muncul sejumlah titik genangan di Ibu Kota. Titik-titik genangan merata mulai dari Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Barat.
Satu yang menjadi pusat perhatian Ahok adalah banjir di Pademangan, Jakarta Utara. Dari Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi, Ahok mendapat laporan bahwa banjir terjadi karena rob atau luapan air laut.
Namun dia tak percaya begitu saja. Apa daya pantauan CCTV di pintu air Ancol dan Gunung Sahari tak terbaca dengan jelas. Ahok pun tak mendapat gambaran jelas soal penyebab banjir di Pademangan.
Keesokan harinya yakni Jumat (22/4/2016), Ahok memutuskan untuk blusukan mengecek pintu air Ancol dan Gunung Sahari sebelum berangkat ke kantor. Dia juga melihat aliran air di seputar Masjid Istiqlal.
Kesimpulan Ahok, hari itu debit air di sejumlah kali di Jakarta aman."Tadi saya lihat Istiqlal, saya putarin tadi. Di Juanda airnya penuh enggak? Enggak juga," kata Ahok kepada wartawan di Balai Kota saat itu.
Tak puas hanya melihat debit air, Ahok juga menggali informasi langsung dari penjaga rumah pompa. Dari blusukan itu, Ahok mengetahui bahwa mesin pompa di Ancol tak dihidupkan sehingga menyebabkan banjir di kawasan Pademangan.
Ahok tak bisa menerima alasan Wali Kota Rustam Effendi yang menyebut mesin pompa dimatikan karena adanya air laut yang masuk. Alasan itu dia nilai tak masuk akal, sebab ketinggian tanggul mencapai 2,8 meter atau lebih tinggi dibandingkan rob.
Sejak itulah dia menyadari kebenaran dari nasihat mantan Gubernur Jakarta Joko Widodo yang kini menjadi Presiden ke-7 Indonesia. "Ya benar Pak Jokowi-lah, kita mesti ke lapangan, blusukan. Dari CCTV enggak bisa baca," kata Ahok.
Sepekan setelah mendatangi langsung rumah pompa Ancol dan pintu air Gunung Sahari, Ahok kembali blusukan. Hari ini dia blusukan ke pintu air Cipinang, Malaka, Kali Cipinang Indah, BKT dan Jalan Cipinang Muara 1.
Entah kebetulan atau tidak, Ahok mulai rajin blusukan di saat sejumlah bakal calon gubernur DKI Jakarta seperti Sandiaga Uno, Suyoto alias Kang Yoto, dan Yusril Ihza Mahendra giat menemui warga Jakarta.
Comments