Saat tim liputan khusus Kompas menelusuri Kali Grogol yang mengalir di wilayah DKI Jakarta, akhir Mei hingga awal Juni lalu, hampir tak ditemukan sampah padat yang memenuhi permukaan sungai itu. Namun, itu tak berarti masalah sampah sudah tuntas di salah satu dari 13 sungai yang mengaliri Jakarta tersebut.
Secara umum, permukaan Kali Grogol dari perbatasan DKI dan Kota Depok, Jawa Barat, hingga hilirnya Kanal Barat di Teluk Gong, Jakarta Utara, relatif bersih dari sampah. Semua itu berkat kerja keras para petugas Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Kebersihan DKI Jakarta yang tiap hari memunguti sampah dari dalam sungai.
Pekerjaan mereka bagaikan tanpa akhir karena sampah terus saja masuk ke sungai. "Kayaknya enggak mungkin kalau enggak ada sampah di Jakarta ini," ujar Irwan Patriawan (51), pengawas tim UPK Badan Air Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (31/5).
Wahyudin (54), warga Kampung H Ipin di RT 012/RW 001 Kelurahan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, mengakui sering memergoki orang yang sengaja membuang sampah ke dalam Kali Grogol itu.
Secara umum, permukaan Kali Grogol dari perbatasan DKI dan Kota Depok, Jawa Barat, hingga hilirnya Kanal Barat di Teluk Gong, Jakarta Utara, relatif bersih dari sampah. Semua itu berkat kerja keras para petugas Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Kebersihan DKI Jakarta yang tiap hari memunguti sampah dari dalam sungai.
Pekerjaan mereka bagaikan tanpa akhir karena sampah terus saja masuk ke sungai. "Kayaknya enggak mungkin kalau enggak ada sampah di Jakarta ini," ujar Irwan Patriawan (51), pengawas tim UPK Badan Air Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (31/5).
Wahyudin (54), warga Kampung H Ipin di RT 012/RW 001 Kelurahan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, mengakui sering memergoki orang yang sengaja membuang sampah ke dalam Kali Grogol itu.
"Biasanya sekitar pukul 02.00-03.00 pagi. Mereka naik mobil, terus buang sampah yang dibungkus plastik atau karung dari jembatan situ," ujar Wahyudin sambil menunjuk Jembatan Jalan H Ipin yang melintas di atas sungai.
"Pernah kami tegur, malah mereka yang marah. Katanya, 'Siapa lu ngatur-ngatur orang?'," kata Wahyudin lagi.
Jejak-jejak sampah itu terlihat nyata dari tumpukan sampah yang membentuk tebing sungai di antara Kampung H Ipin dan Padang Golf Pangkalan Jati, Cinere.
General Manager Padang Golf Pangkalan Jati, Mulyono Herlambang, mengakui pihaknya selalu bekerja keras membersihkan sampah dari aliran sungai yang membelah lapangan golf seluas 42 hektar itu. "Apalagi setelah hujan kami bisa mengumpulkan sampah sampai 4-5 truk," katanya.
Berbagai jenis sampah bisa masuk ke arena olahraga yang harus selalu dijaga keindahannya itu, mulai dari sampah plastik, bangkai binatang, batang pohon kelapa, sampai sepeda dan kasur. "Orang-orang itu sudah merasa tidak berdosa buang sungai di kali," kata purnawirawan perwira tinggi TNI AL ini.
Pihak pengelola lapangan golf itu pernah mencoba memasang semacam dam dari besi di pintu masuk kali ke areal lapangan. Namun, saking banyaknya sampah yang tertahan justru membuat aliran sungai tersumbat dan menyebabkan banjir.
Mulyono mengatakan, setiap Senin pihaknya sampai mengerahkan sekitar 200 caddy di Padang Golf Pangkalan Jati untuk memunguti sampah di sepanjang aliran sungai tersebut. Ia menambahkan, pihaknya terbuka jika ada petugas kebersihan pemerintah yang membantu membersihkan sungai di dalam areal lapangan golf itu. "Malah akan kami dukung," katanya.
Masalah serupa juga dihadapi Padang Golf Pondok Indah, Jakarta Selatan. Assistant Property Manager PT Pondok Indah Padang Golf Endriyanto B Purbowo mengatakan, persoalan utama merawat Kali Grogol yang melintasi lapangan golf itu adalah sampah.
"Saat banjir, semua jenis sampah menumpuk, dari sampah plastik hingga sofa. Kalau air sungai sampai melimpas, sampah ikut naik sehingga kami harus membersihkan," ujar Endriyanto, Rabu (22/6).
Di bagian awal masuknya aliran Kali Grogol ke Padang Golf Pondok Indah, pihak pengelola sempat memasang penyaring untuk menahan segala jenis sampah. Namun, ternyata sampah yang terbawa aliran sungai sangat banyak sehingga pintu-pintu penyaring yang dibuat dari besi jebol.
"Sebelumnya, kami membuat penyaring (filter) yang rapat agar sampah kecil pun tak bisa masuk, tetapi ternyata jadi masalah ketika debit air tinggi. Sampah yang tertahan menghambat aliran air sehingga menyebabkan banjir di permukiman sekitarnya dan kami diprotes. Akhirnya filter pun kami longgarkan," papar Endriyanto.
Sampah-sampah yang tersangkut di penyaring, kata Endriyanto, dikumpulkan di tempat khusus dan dikelola. Sebagian sampah organik dapat dibuat menjadi kompos, sedangkan sampah plastik dan yang tidak dapat diolah dibuang ke tempat pembuangan.
Berbeda dengan di Pangkalan Jati, pengelola Pondok Indah Golf memilih mengelola sendiri persoalan sampah ini ketimbang menyerahkannya kepada pemerintah DKI. "Ini untuk menjaga privasi para tamu kami juga. Kalau ada orang luar keluar masuk agak riskan," katanya.
Didominasi plastik
Agus Maftukha (47), operator saringan otomatis di Pintu Air Grogol, mengatakan, saat ini sampah padat yang terjaring dari Kali Grogol di pintu air itu masih mencapai sekitar satu truk dalam sehari. Sampah didominasi kemasan plastik dan sampah rumah tangga ukuran kecil lainnya.
Namun, tak jarang pula sampah-sampah ukuran besar seperti kasur busa, sisa-sisa lemari, atau sisa-sisa sofa. "Kalau musim hujan bisa dua truk sehari," ucapnya.
Imbauan membuang sampah ke sungai sudah disiarkan ke mana-mana. Petugas kebersihan Pemprov DKI pun berjibaku di sungai-sungai menjaring sampah setiap harinya.
Syamsudin (46), penjaga pintu air yang tinggal tepat di samping Jembatan Kali Grogol di Kampung Juraganan, Kelurahan Grogol Utara, Jakarta Selatan, mengatakan, setiap malam, ada saja orang yang membuang sampah sembunyi-sembunyi dari atas jembatan itu. Mereka biasanya mengendarai mobil dan mengeluarkan kantong besar sampah untuk dibuang ke sana.
"Itu bisa dibilang terjadi hampir setiap malam. Suaranya sampah nyemplung terdengar sampai ke rumah," katanya.
Syamsudin juga kerap melihat limbah cair sejenis minyak atau solar mengalir di Grogol. Aromanya menyengat sehingga cukup mengganggu. Ia tak tahu dari mana asal limbah cair tersebut.
Warga di sekitar Kampung Juraganan dan Kelurahan Grogol Utara sering mengadakan kerja bakti rutin membersihkan sampah dari kali dan bantaran. "Tetapi, rasanya gimana gitu, warga sudah susah-susah membersihkan, orang luar seenaknya saja buang sampah," kata Syamsudin.
"Pernah kami tegur, malah mereka yang marah. Katanya, 'Siapa lu ngatur-ngatur orang?'," kata Wahyudin lagi.
Jejak-jejak sampah itu terlihat nyata dari tumpukan sampah yang membentuk tebing sungai di antara Kampung H Ipin dan Padang Golf Pangkalan Jati, Cinere.
General Manager Padang Golf Pangkalan Jati, Mulyono Herlambang, mengakui pihaknya selalu bekerja keras membersihkan sampah dari aliran sungai yang membelah lapangan golf seluas 42 hektar itu. "Apalagi setelah hujan kami bisa mengumpulkan sampah sampai 4-5 truk," katanya.
Berbagai jenis sampah bisa masuk ke arena olahraga yang harus selalu dijaga keindahannya itu, mulai dari sampah plastik, bangkai binatang, batang pohon kelapa, sampai sepeda dan kasur. "Orang-orang itu sudah merasa tidak berdosa buang sungai di kali," kata purnawirawan perwira tinggi TNI AL ini.
Pihak pengelola lapangan golf itu pernah mencoba memasang semacam dam dari besi di pintu masuk kali ke areal lapangan. Namun, saking banyaknya sampah yang tertahan justru membuat aliran sungai tersumbat dan menyebabkan banjir.
Mulyono mengatakan, setiap Senin pihaknya sampai mengerahkan sekitar 200 caddy di Padang Golf Pangkalan Jati untuk memunguti sampah di sepanjang aliran sungai tersebut. Ia menambahkan, pihaknya terbuka jika ada petugas kebersihan pemerintah yang membantu membersihkan sungai di dalam areal lapangan golf itu. "Malah akan kami dukung," katanya.
Masalah serupa juga dihadapi Padang Golf Pondok Indah, Jakarta Selatan. Assistant Property Manager PT Pondok Indah Padang Golf Endriyanto B Purbowo mengatakan, persoalan utama merawat Kali Grogol yang melintasi lapangan golf itu adalah sampah.
"Saat banjir, semua jenis sampah menumpuk, dari sampah plastik hingga sofa. Kalau air sungai sampai melimpas, sampah ikut naik sehingga kami harus membersihkan," ujar Endriyanto, Rabu (22/6).
Di bagian awal masuknya aliran Kali Grogol ke Padang Golf Pondok Indah, pihak pengelola sempat memasang penyaring untuk menahan segala jenis sampah. Namun, ternyata sampah yang terbawa aliran sungai sangat banyak sehingga pintu-pintu penyaring yang dibuat dari besi jebol.
"Sebelumnya, kami membuat penyaring (filter) yang rapat agar sampah kecil pun tak bisa masuk, tetapi ternyata jadi masalah ketika debit air tinggi. Sampah yang tertahan menghambat aliran air sehingga menyebabkan banjir di permukiman sekitarnya dan kami diprotes. Akhirnya filter pun kami longgarkan," papar Endriyanto.
Sampah-sampah yang tersangkut di penyaring, kata Endriyanto, dikumpulkan di tempat khusus dan dikelola. Sebagian sampah organik dapat dibuat menjadi kompos, sedangkan sampah plastik dan yang tidak dapat diolah dibuang ke tempat pembuangan.
Berbeda dengan di Pangkalan Jati, pengelola Pondok Indah Golf memilih mengelola sendiri persoalan sampah ini ketimbang menyerahkannya kepada pemerintah DKI. "Ini untuk menjaga privasi para tamu kami juga. Kalau ada orang luar keluar masuk agak riskan," katanya.
Didominasi plastik
Agus Maftukha (47), operator saringan otomatis di Pintu Air Grogol, mengatakan, saat ini sampah padat yang terjaring dari Kali Grogol di pintu air itu masih mencapai sekitar satu truk dalam sehari. Sampah didominasi kemasan plastik dan sampah rumah tangga ukuran kecil lainnya.
Namun, tak jarang pula sampah-sampah ukuran besar seperti kasur busa, sisa-sisa lemari, atau sisa-sisa sofa. "Kalau musim hujan bisa dua truk sehari," ucapnya.
Imbauan membuang sampah ke sungai sudah disiarkan ke mana-mana. Petugas kebersihan Pemprov DKI pun berjibaku di sungai-sungai menjaring sampah setiap harinya.
Syamsudin (46), penjaga pintu air yang tinggal tepat di samping Jembatan Kali Grogol di Kampung Juraganan, Kelurahan Grogol Utara, Jakarta Selatan, mengatakan, setiap malam, ada saja orang yang membuang sampah sembunyi-sembunyi dari atas jembatan itu. Mereka biasanya mengendarai mobil dan mengeluarkan kantong besar sampah untuk dibuang ke sana.
"Itu bisa dibilang terjadi hampir setiap malam. Suaranya sampah nyemplung terdengar sampai ke rumah," katanya.
Syamsudin juga kerap melihat limbah cair sejenis minyak atau solar mengalir di Grogol. Aromanya menyengat sehingga cukup mengganggu. Ia tak tahu dari mana asal limbah cair tersebut.
Warga di sekitar Kampung Juraganan dan Kelurahan Grogol Utara sering mengadakan kerja bakti rutin membersihkan sampah dari kali dan bantaran. "Tetapi, rasanya gimana gitu, warga sudah susah-susah membersihkan, orang luar seenaknya saja buang sampah," kata Syamsudin.
Comments