Skip to main content

Dalam Sidang, Ayah Mirna Mengaku Tidak Punya Bukti CCTV

 Sidang lanjutan kasus pembunuhanWayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso pada Rabu (27/7/2016) sempat diskors selama dua jam sejak pukul 17.00 - 19.00. Saat sidang dibuka kembali, anggota majelis hakim Binsar Gultom menanyakan apakah jaksa penuntut umum atau saksi memiliki barang bukti lain yang belum diserahkan kepada majelis hakim, terutama rekaman closed circuit telivision(CCTV). 

Binsar mengatakan bahwa barang bukti yang tidak diserahkan kepada majelis hakim tidak sah. 

"Semua barang bukti yang tidak diserahkan pada kami itu tidak sah, tidak bisa ditampilkan di sini," ujar Binsar. 

Binsar juga bertanya kepada ayah Mirna, Edi Darmawan Salihin, yang juga hadir di persidangan hari ini. Darmawan yang berada di tengah ruang sidang pun maju ke depan dan duduk bersama saksi-saksi yang lain. 

"Anda kan bilang di berbagai media kalau Anda akan kasih bukti lain di persidangan? Anda punya CCTV lain tidak?" tanya Binsar kepada Darmawan. 

Darmawan pun menjelaskan dia tidak memiliki barang bukti CCTV lain. Dia menyebut CCTV yang pernah disebutnya di berbagai kesempatan adalah CCTV yang sudah diserahkan jaksa penuntut umum kepada majelis hakim. 

"Tidak yang mulia. Saat itu saya datang ke Olivier untuk melihat ada apa. Saya lihat CCTV. Saya tidak pegang CCTV-nya yang mulia. Kalau saya pegang saya menyalahi hukum. Saya mengerti hukum sedikit-sedikit," papar Darmawan. 

Mirna meninggal dunia setelah meminum kopi vietnam yang dipesan oleh Jessica Kumala Wongso di kafe Olivier, Grand Indonesia, pada 6 Januari 2016. JPU mendakwa Jessica dengan tuduhan telah melakukan pembunuhan berencana dalam kasus itu.

Comments

Popular Posts

"Pak Ahok, 'You Will Never Walk Alone'..."

Kurnia Sari Aziza/KOMPAS.com Warga menandatangani dan memberi kalimat dukungan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di area Car Free Day, Jakarta, Minggu (16/11/2014). JAKARTA, KOMPAS.com  — "Saya Muslim, dan saya dukung Ahok," begitu kata Friska Lubis (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, memberikan dukungan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Minggu (16/11/2014) pagi, Friska bersama kedua temannya sedang berlari pagi saat  car free day . Namun, aktivitas mereka terhenti saat melihat dua spanduk berukuran 1,5 x 5 meter terbentang di pelataran halaman Hotel Kempinski, Jakarta. Spanduk itu berasal dari Barisan Relawan Indonesia. Dalam spanduk itu terdapat foto Basuki mengenakan baju kotak-kotak. Friska dan kedua temannya langsung mengambil spidol dan menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan kepada Basuki. "Pak Ahok,  you will never walk alone ," tulis Friska di spanduk itu. Pegawai salah satu p...

Hujan Deras Mengguyur Ibu Kota, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air

 Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta, Senin (1/11/2016), menimbulkan genangan air di sejumlah lokasi. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi tersendat. Berdasarkan informasi dari Akun Twitter Resmi TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, genangan air tampak di sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Salah satunya di Jalan DI Panjaitan. Di lokasi tersebut, air menggenangi ruas jalan setinggi 20 sentimeter. Akibat genangan air tersebut kendaraan terpaksa melintas di jalur Transjakarta. View image on Twitter  Follow TMC Polda Metro Jaya   ✔ @TMCPoldaMetro 15.38 Genangan air sekitar 30 cm di Jl Pangeran Jayakarta lalin terpantau padat @ kolammedan 3:38 PM - 1 Nov 2016     2 2 Retweets     5 5 likes "15.33 WIB genangan air sekitar 20cm depan Wika Jalan DI Panjaitan, Jaktim, hati-hati bila melintas," tulis akun twitter @TMCPoldaMetro. Selain di Jalan DI Pan...

Indonesiaku Kini

Indonesia , Bangsa yang pernah jaya dimasa lalu, pernah pula dijajah berabad-abad lamanya, kemudian menggapai kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, namun hingga kini setelah sekian puluh tahun merdeka , kini Indonesia seolah kehilangan arah dan tujuan dari para pendiri bangsa ini dulu ketika memproklamirkan kemerdekaannya, di lapisan atas para elite sibuk berperang memperebutkan kekuasaan sedangkan dilapisan bawah rakyat kehilangan pegangan dan harapan, di lapisan tengah rakyat harus berjuang sendiri dan di goyang atas bawah pusing mengikuti entah mau kemana. Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, dimana nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung, ditakuti dan disegani para musuh, dihormati para sahabat kini seperti bayi yang baru belajar merangkak, butuh bimbingan dan pengawasan dari para musuh serta sahabat.  Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, tidak pernah membedakan suku dan agama, saling bahu membahu mempertahankan kejayaannya, tid...