Benar-benar terasa beda. Suasana kantor bupati Purwakarta seolah bukan kantor pemerintahan. Malah lebih mirip puri atau istana kecil. Asri dan teduh.
Kompleks kantor bupati berjarak 100 meter dari jalan utama Purwakarta. Marka jalan ditanami pohon perdu. Pun halnya dengan kanan kiri jalan. Terlihat hijau.
Gerbang kantor bupati beratap ijuk. Di tengahnya ada relief kuningan bergambar harimau. Ada tulisan 'Dangiang Galuh Pakuan'.
Beberapa anggota Satpol PP berada di gerbang saat detikcom datang, Kamis (19/11/2015) sekitar pukul 10.25 WIB. Mereka tampak santai melihat kedatangan tamu. Tak bertanya ini-itu, tak meminta absen datang untuk apa dan ketemu siapa, dan lain-lain. Mereka hanya menunjukkan arah.
Di dalam kompleks kantor bupati, tidak terlihat keriuhan. Suasana malah cenderung sepi. Tidak ada lalu lalang PNS berseragam. Tidak ada mobil atau motor berpelat merah bersliweran.
Pepohonan lebih dominan, memberi kesan teduh dan asri. Gemericik air dari kolam membuat suasana adem. Sedangkan bangunan tua menambah kesan ciamik. Nyaris seperti tengah berada di tempat wisata, bukan di kantor bupati.
Di salah satu bangunan tua yang dijadikan tempat menerima tamu, 3 kereta kencana diparkir. Kereta tersebut diselimuti kain menerawang. Di dekatnya, ada patung batu alam dan kayu.
"Ya sejak saya memimpin," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menjawab pertanyaaan detikcom kapan kantor bupati dipermak menjadi seperti itu.
Dedi memimpin Purwakarta sejak 2008 silam. Ini adalah periode kedua dia menduduki kursi Purwakarta-1. Bukan cuma kantor bupati yang ditata, tapi juga infrastruktur, taman, dan ruang publik.
Dedi menemui detikcom ditemani seorang staf. Ruang terima tamu terlihat elegan. Langit-langitnya tinggi dan tembok dihiasi lukisan berukuran besar. Di sela perbincangan, seorang staf perempuan berpakaian batik masuk membawa kertas dan meminta tanda tangan. Dia berbicara dalam bahasa Sunda.
"Memang wajib (bahasa Sunda)," kata Dedi yang mengenakan pakaian khasnya ini, yakni kemeja putih, celana putih, dan iket di kepala.
Soal benda seni seperti kereta kencana, Dedi menjelaskan itu bukan benda pusaka. Patung atau lukisan juga tidak memiliki unsur mistis. Semua murni karya seni.
Di kantor bupati Purwakarta, tamu dari luar daerah tak melewatkan waktu untuk berfoto bersama. Background-nya terserah. Bisa kolam dan jembatannnya, taman asri, gerbang 'bersarung' adat Sunda, hingga bangunan tua. Sangat mungkin, yang melihat foto, tidak akan menyangka bahwa gambar itu merupakan kantor pemerintahan. Anda tertarik berkunjung?
Kompleks kantor bupati berjarak 100 meter dari jalan utama Purwakarta. Marka jalan ditanami pohon perdu. Pun halnya dengan kanan kiri jalan. Terlihat hijau.
Gerbang kantor bupati beratap ijuk. Di tengahnya ada relief kuningan bergambar harimau. Ada tulisan 'Dangiang Galuh Pakuan'.
Beberapa anggota Satpol PP berada di gerbang saat detikcom datang, Kamis (19/11/2015) sekitar pukul 10.25 WIB. Mereka tampak santai melihat kedatangan tamu. Tak bertanya ini-itu, tak meminta absen datang untuk apa dan ketemu siapa, dan lain-lain. Mereka hanya menunjukkan arah.
(Foto: Triono Wahyu S/detikcom)
|
Pepohonan lebih dominan, memberi kesan teduh dan asri. Gemericik air dari kolam membuat suasana adem. Sedangkan bangunan tua menambah kesan ciamik. Nyaris seperti tengah berada di tempat wisata, bukan di kantor bupati.
Di salah satu bangunan tua yang dijadikan tempat menerima tamu, 3 kereta kencana diparkir. Kereta tersebut diselimuti kain menerawang. Di dekatnya, ada patung batu alam dan kayu.
"Ya sejak saya memimpin," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menjawab pertanyaaan detikcom kapan kantor bupati dipermak menjadi seperti itu.
Dedi memimpin Purwakarta sejak 2008 silam. Ini adalah periode kedua dia menduduki kursi Purwakarta-1. Bukan cuma kantor bupati yang ditata, tapi juga infrastruktur, taman, dan ruang publik.
Dedi menemui detikcom ditemani seorang staf. Ruang terima tamu terlihat elegan. Langit-langitnya tinggi dan tembok dihiasi lukisan berukuran besar. Di sela perbincangan, seorang staf perempuan berpakaian batik masuk membawa kertas dan meminta tanda tangan. Dia berbicara dalam bahasa Sunda.
"Memang wajib (bahasa Sunda)," kata Dedi yang mengenakan pakaian khasnya ini, yakni kemeja putih, celana putih, dan iket di kepala.
(Foto: Triono Wahyu S/detikcom)
|
Di kantor bupati Purwakarta, tamu dari luar daerah tak melewatkan waktu untuk berfoto bersama. Background-nya terserah. Bisa kolam dan jembatannnya, taman asri, gerbang 'bersarung' adat Sunda, hingga bangunan tua. Sangat mungkin, yang melihat foto, tidak akan menyangka bahwa gambar itu merupakan kantor pemerintahan. Anda tertarik berkunjung?
Comments