Skip to main content

#SetahunAhok, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Medium slide in web
#SetahunAhok, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
19 November 2015 nanti, genap setahun Basuki Tjahaja Purnama memimpin Ibukota sebagaiGubernur definitif. Dalam seminggu kedepan, Teman Ahok akan memperingati #SetahunAhok dengan sajian-sajian seputar setahun kepemimpinan Ahok. Termasuk Kaledioskop dan artikel #SetahunAhok yang kami terus kerjakan di http://temanahok.com/setahunAhok
Dari penjabaran kaledioskop tersebut, kami berkeyakinan bahwa Ahok telah memulai Perubahan yang sangat mendasar di DKI Jakarta dan kami mengajak teman-teman untuk tidak menonton saja perubahan tersebut, melainkan ada beberapa hal yang bisa kita lakukan.Kita harus perlihatkan kalau Ahok tidak sendiri, dan kita mendukungnya untuk melanjutkan perubahan tersebut.
Inilah beberapa hal yang bisa kamu lakukan;
1.      PERLIHATKAN PERUBAHAN JAKARTA DI SOSMED KAMU
PerlihatkanPosting foto-fotoperubahan-perubahan yang terjadi di Jakarta yang ada di sekitarkamu. Bisa berupa foto sebelum-sesudah, atau foto yang sudah berubah disertai komentar kamu.Beri Hashtag #SetahunAhok dan Tag akunTemanAhok (twitter @temanahok, di instagram@temanahokofficial, atau facebook fb.com/temanahok.)
Kami akan ikut menyebarluaskan foto-foto kamu.
2.      TULISKAN PENGALAMAN DAN OPINIMU SEPUTAR #SETAHUNJAKARTA
TuliskanKamu bisa bercerita tentang pengalamanmu seputar 1 tahun kepemimpinan Ahok di Ibukota. Baik itu pengalaman, pengaduan, opini kamu tentang kepemimpinan Ahok, atau apapun sumbangsih kamu untuk Jakarta. SIlahkan kirimkan ke alamat email sekretariat@temanahok.com. Tulisan terpilih akan kami tampilkan di web TemanAhok.com
3.      PAKAI MERCHANDISE KAMU DI HARI KAMIS

TunjukkanAyo Pakai Merchandise kamu bertepatan di #SetahunAhok di hari  Kamis,19 November 2015. Posting foto kamu memakaiMerchandise TemanAhok di sosial media kamu. Beri hashtag #SetahunAhok, dan tag sosial media TemanAhok.(twitter @temanahok, di instagram@temanahokofficial, atau facebook fb.com/temanahok.)

Ayo kita buktikan Ahok tidak sendiri.Kita adalahTemanAhok.
#SetahunAhok
Medium  5 tokoh 02
Kerap dituding ‘kafir’ sehingga tidak layak memimpin Jakarta, Ahok justru sering melontarkan pernyataan ‘religius’ yang memancing orang untuk berpikir jernih. Ahok memberikan pelajaran pada kita semua bahwa pemimpin bukan cuma buat kebaikan satu golongan tertentu, melainkan untuk kebaikan bersama.  Ini menjadikan kepemimpinan Ahok sebagai minoritas di Jakarta justru terasa semakin berwarna dengan adanya toleransi yang tinggi.
Berikut beberapa pernyataan ‘religius’ Ahok yang tak jarang mengundang kontroversi.

1.    “Kalau kamu mampu hadapi masalah, Tuhan sayang sama kamu”

Pernyataan ini terlontar dari Ahok ketika dirinya dikepung banyak masalah. Mulai dari masalah sampah, masalah BPK, dan Rumah Sakit Sumber Waras. Disii terlihat, bahwa bagi Ahok pekerjaan dan masalah adalah merupakan hal yang biasa. Justru masalah adalah ujian dalam pekerjaan.
Filosofi tersebut rasanya yang menguatkan Ahok selama hampir satu tahun menjabat sebagai Gubernur DKI. Meski belum genap satu tahun menjaga Jakarta, Ahok sudah sering mendapat banyak cobaan. Dijegal oleh parlemen, dibuatkan Gubernur tandingan, difitnah, bertengkar dengan begal APBD, hingga kisruh sampah yang merugikan anggaran DKI. Namun ‘nafas’ Ahok seolah tak ada habisnya. Bahkan seolah tak kapok, ayah tiga anak ini bersedia diusung maju lagi sebagai Cagub independen yang dicalonkan langsung oleh rakyat.

2.    "Masa mau jadi kepala daerah atau presiden harus pura-pura dapat hidayah. Paman Nabi Muhammad (SAW) saja sampai nangis enggak dapat hidayah,"

Ahok adalah orang yang belajar agama Islam, karena berasal dari Belitung Timur yang sangat kuat islamnya. Pernyataan ini diucapkan Ahok setelah ditemui salah satu penantangnya, Adhyaksa Dault, yang mengandaikan jika Ahok itu Islam, ia bisa jadi presiden.  Namun bagi Ahok, berdagang agama demi kepentingan politik adalah bentuk kemunafikan.
Ahok justru mengisyaratkan bahwa ia tidak perlu berpura-pura dapat hidayah untuk jadi kepala daerah ataupun presiden. Pernyataan Ahok ini menuai banyak kritik sekaligus pujian ditengah masyarakat yang masih berpikir tradisonal dalam menempatkan kepentingan golongan terhadap kepentingan publik. Karena bagi Ahok, kekuasaan adalah amanah. Kekuasaan bukanlah sesuatu yang harus diperjuangkan, meskipun bukan dijalankan tanpa usaha.

3.    "Siddharta  (Budha) mau melepaskan seluruh haknya sebagai seorang pangeran untuk mencari kebenaran itu bukan merupakan sebuah kepedihan, melainkan suka cita,"

Ahok meneladani sikap Siddharta Gautama (Budha) yang rela melepas keistimewaannya sebagai pangeran demi memperoleh makna kebenaran. Menurut Ahok, sikap Buddha yang mau meninggalkan kepentingan diri sendiri demi kepentingan banyak orang sudah selayaknya ditiru. Ahok juga memberi contoh implementasi ajaran Buddha dari hal yang paling sederhana, misalnya kemauan membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan. Jika setiap orang mau dan bisa berkorban untuk membuang sampah pada tempat yang benar, Ahok yakin masalah kebersihan di kota Jakarta akan lebih mudah terselesaikan.

4.    “Apakah kalau tidak di Monas, Tuhan enggak dengar?”

Pernyataan kontroversial ini dilontarkan Ahok menanggapi petisi yang mendesak agar ia meloloskan izin penyelenggaraan Tabligh Akbar Majlis Rasulullah di kawasan Monas pada bulan September. Ahok dianggap diskriminatif karena tidak meloloskan izin Monas untuk Tabligh Akbar, meskipun Ahok sudah menyediakan tempat lain sebagai alternatif lokasi. Isu SARA-pun cepat berembus menyerang Ahok yang pada bulan April sempat memberi izin penyelenggaraan Paskah di Monas.
Padahal, Majelis Rasulullah sendiri sudah diberikan izin Tabligh Akbar pada bulan Mei (sesudah Paskah). Hanya saja, pasca bentrok PKL-Satpol PP pada bulan Juni, kawasan Monas sudah dijadikan kawasan steril PKL. Ahok juga berkomitmen kawasan Monas untuk tidak dipakai untuk kegiatan agama apapun, karena untuk fungsi tersebut sudah disediakan tempat ibadah. Di kemudian hari, Tabligh Akbar akhirnya dilakukan di istiqlal dan berjalan lancar, sedangkan di Monas yang berada di luar ruangan, turun hujan.

5.    “Tulis di Batu Nisan Saya, Mati Adalah Keuntungan”

Ahok benar-benar sudah siap mati! Ya, siap mati demi membela kepentingan Negara. Bahkan, Ahok sudah menyiapkan kalimat pamungkas untuk ditulis di batu nisannya : “Mati adalah Keuntungan”.  Mengutip Al-Kitab, Ahok menyampaikan kalimat ini kepada istrinya saat menghadapi kisruh APBD yang sarat kepentingan.
Bagi Ahok,  mati dengan baik, apalagi mati sebagai martir merupakan keuntungan. Tidak semua orang bisa jadi martir, meski sudah berdoa pada Tuhan, belum tentu seseorang mendapat keberuntungan untuk mati sebagai martir.

Comments

Popular Posts

Hujan Deras Mengguyur Ibu Kota, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air

 Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta, Senin (1/11/2016), menimbulkan genangan air di sejumlah lokasi. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi tersendat. Berdasarkan informasi dari Akun Twitter Resmi TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, genangan air tampak di sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Salah satunya di Jalan DI Panjaitan. Di lokasi tersebut, air menggenangi ruas jalan setinggi 20 sentimeter. Akibat genangan air tersebut kendaraan terpaksa melintas di jalur Transjakarta. View image on Twitter  Follow TMC Polda Metro Jaya   ✔ @TMCPoldaMetro 15.38 Genangan air sekitar 30 cm di Jl Pangeran Jayakarta lalin terpantau padat @ kolammedan 3:38 PM - 1 Nov 2016     2 2 Retweets     5 5 likes "15.33 WIB genangan air sekitar 20cm depan Wika Jalan DI Panjaitan, Jaktim, hati-hati bila melintas," tulis akun twitter @TMCPoldaMetro. Selain di Jalan DI Pan...

"Pak Ahok, 'You Will Never Walk Alone'..."

Kurnia Sari Aziza/KOMPAS.com Warga menandatangani dan memberi kalimat dukungan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di area Car Free Day, Jakarta, Minggu (16/11/2014). JAKARTA, KOMPAS.com  — "Saya Muslim, dan saya dukung Ahok," begitu kata Friska Lubis (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, memberikan dukungan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Minggu (16/11/2014) pagi, Friska bersama kedua temannya sedang berlari pagi saat  car free day . Namun, aktivitas mereka terhenti saat melihat dua spanduk berukuran 1,5 x 5 meter terbentang di pelataran halaman Hotel Kempinski, Jakarta. Spanduk itu berasal dari Barisan Relawan Indonesia. Dalam spanduk itu terdapat foto Basuki mengenakan baju kotak-kotak. Friska dan kedua temannya langsung mengambil spidol dan menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan kepada Basuki. "Pak Ahok,  you will never walk alone ," tulis Friska di spanduk itu. Pegawai salah satu p...

Indonesiaku Kini

Indonesia , Bangsa yang pernah jaya dimasa lalu, pernah pula dijajah berabad-abad lamanya, kemudian menggapai kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, namun hingga kini setelah sekian puluh tahun merdeka , kini Indonesia seolah kehilangan arah dan tujuan dari para pendiri bangsa ini dulu ketika memproklamirkan kemerdekaannya, di lapisan atas para elite sibuk berperang memperebutkan kekuasaan sedangkan dilapisan bawah rakyat kehilangan pegangan dan harapan, di lapisan tengah rakyat harus berjuang sendiri dan di goyang atas bawah pusing mengikuti entah mau kemana. Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, dimana nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung, ditakuti dan disegani para musuh, dihormati para sahabat kini seperti bayi yang baru belajar merangkak, butuh bimbingan dan pengawasan dari para musuh serta sahabat.  Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, tidak pernah membedakan suku dan agama, saling bahu membahu mempertahankan kejayaannya, tid...