Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil menelepon Direktur Utama PT Pelindo II Richard Joost Lino pada Jumat (28/8/2015) pekan lalu. Sambungan telepon terjadi saat penyidik Bareskrim Polri menggeledah ruangan Lino, di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Tanpa sepengetahuan Sofyan, Lino memperdengarkan percakapan lewat telepon itu kepada wartawan. Sofyan pun kaget ketika tahu bahwa itu diperdengarkan ke publik.
"Saya dapat SMS ke beberapa menteri, saya ingin tahu apa yang terjadi rupanya dia buka ke wartawan, saya enggak tahu sama sekali, saya telepon karena empati aja, kok Lino digeledah? Tapi itu tidak etis (memperdengarkan percakapan)!" kata Sofyan di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (31/8/2015).
Kantor Lino di Tanjung Priok, Jakarta Utara digeledah pada Jumat (28/8). Ketika itu Lino baru pulang rapat dan kaget ketika mendapati kantornya digeledah.
"Jadi marah-marah dia kan. Kebetulan dia bicara depan wartawan. Kesannya seolah-olah bagaimana gitu. Sebenarnya lagi emosi saja dia," imbuh Sofyan.
Mengenai Lino yang mengancam mundur, Sofyan tak berkomentar. Tetapi dia belum laporkan peristiwa ini secara khusus kepada Presiden Joko Widodo. "Yang laporkan kan ada menterinya (BUMN) sendiri," kata Sofyan.
Berikut percakapan lengkap keduanya ketika itu:
RJ Lino: Halo Pak Sofyan, selamat siang Pak.
Sofyan: Kenapa Pak RJ Lino?
RJ Lino: Begini, ini saya baru pulang rapat di luar, tiba-tiba saya kaget kok begitu banyak polisi ada di kantor.
Sofyan: Ada apa?
RJ Lino: Ada penggeledahan. Mungkin mereka cari file. Ya saya hormatilah tugas mereka. Tapi ya saya tidak bisa begini-ini. Harusnya dipanggil dulu, ditanya dulu, dicek dulu ada apa gitu ya.
Sofyan: Hmmm...
RJ Lino: Kemudian seperti crane itu yang 10 buah itu. Itu very small investment dari investment yang besar yang kita lakukan. Kemudian itu kan sudah proses itu sudah diperiksa berkali-kali, BPK sudah periksa dan sudah clear juga, proses lelang sampai semuanya.
Sofyan: Yang dulu itu?
RJ Lino: Bukan lagi Pak. Bukan yang saya dipanggil KPK itu. Dulu di KPK saya masih ikut campur untuk mutusin, karena enggak jalan. Kalau ini saya sama sekali enggak tahu. Jadi mulai dari proses lelang, kemudian...
Sofyan: Memang ada yang lapor?
RJ Lino: Saya kira ini ada karyawan JICT yang laporlah ini biasa. Yang ini mulai proses lelang sampai diputusi pemenang kontrak saya tidak ngerti apa-apa.
Sofyan: Ya. Yaya.. terus?
RJ Lino: Saya tidak pernah teken kontrak. Terus terang saya tadi SMS Pak Luhut Pandjaitan (Menko Polhukam-red). Beliau lagi rapat. Saya protes besar. Saya bilang, kalau begini caranya, saya berhentilah sekarang.
Sofyan: Terus bagaimana sekarang?
RJ Lino: Kalau seperti ini caranya, saya berhenti saja. Enggak bisa negeri ini Pak.
Sofyan: Ditelepon Pak Tito? Pak Kapolda? (Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian-red).
RJ Lino: Enggak, tadi saya telepon Pak Luhut. Bukan Kapolda, Pak. Tadi dari Bareskrim Polri yang ke sini. Pak Sofyan ya, kalau Presiden tidak bisa clear hari ini, besok berhentilah.
Susah negeri ini seperti ini. Kita kayak dihukum media. Begitu datang, media begitu banyak. Saya seperti dibuat seperti kriminal. Come on Pak. I'm make this company so rich. Kok malah saya dihukum begini. Enggak fair Pak. Bapak tolong kasih tahu Presiden deh, kalau caranya seperti ini, saya berhenti.
Sofyan: Ibu Rini Sumarno (Menteri BUMN) gimana?
RJ Lino: Ibu Rini sudah telepon Kapolri. Ini contoh enggak baik untuk negeri ini. Kasih tahu Presiden, Pak, kalau caranya begini saya berhenti saja besok. Saya sama sekali disappointed. Saya sama sekali disappointed.
Sofyan: Dasarnya apa?
RJ Lino: Dasarnya katanya ada korupsi sama money laundering. Come on. Jadi Pak Sofyan tolong kasih tahu Presiden, kalau tidak clearkan hari ini, saya berhenti besok. Saya tidak mau kerja seperti ini. Negeri ini tidak bisa seperti ini
Direktur Utama PT Pelindo II Richard Joost Lino mengancam mundur setelah kantornya digeledah oleh polisi pada Jumat pekan lalu. Ancaman itu dia sampaikan melalui telepon kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas yang juga mantan Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil.
Sofyan Djalil belum mau berkomentar banyak terkait ancaman mundur Lino itu. Kalaupun Lino ingin mundur, maka alurnya adalah disampaikan ke Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno untuk dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Yang laporkan kan ada menterinya (BUMN) sendiri," kata Sofyan kepada wartawan di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (31/8/2015).
Menurut Sofyan saat menerima telepon dari dirinya, Lino sedang dilanda emosi. Lino yang baru pulang rapat kaget ketika mendapati kantornya digeledah.
"Jadi marah-marah dia kan. Kebetulan dia bicara depan wartawan. Kesannya seolah-olah bagaimana gitu. Sebenarnya lagi emosi saja dia," imbuh Sofyan.
Dalam percakapan telepon yang diperdengarakan kepada wartawan itu, Lino terang-terangan menyatakan akan mundur jika diperlakukan tidak adil. Dia mengancam mundur karena merasa tak nyaman dengan penggeledahan yang dilakukan oleh polisi di ruang kerjanya.
Semestinya sebelum digeledah, polisi bisa meminta keterangan dari dirinya selaku Direktur Utama PT Pelindo II. "Susah negeri ini seperti ini. Kita kayak dihukum media. Begitu datang, media begitu banyak. Saya seperti dibuat seperti kriminal. Come on Pak. I made this company so rich. Kok malah saya dihukum begini. Enggak fair Pak. Bapak tolong kasih tahu Presiden deh, kalau caranya seperti ini, saya berhenti," kata Lino kepada Sofyan melalui percakapan telepon seperti diperdengarkan kepada wartawan.
Tanpa sepengetahuan Sofyan, Lino memperdengarkan percakapan lewat telepon itu kepada wartawan. Sofyan pun kaget ketika tahu bahwa itu diperdengarkan ke publik.
"Saya dapat SMS ke beberapa menteri, saya ingin tahu apa yang terjadi rupanya dia buka ke wartawan, saya enggak tahu sama sekali, saya telepon karena empati aja, kok Lino digeledah? Tapi itu tidak etis (memperdengarkan percakapan)!" kata Sofyan di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (31/8/2015).
Kantor Lino di Tanjung Priok, Jakarta Utara digeledah pada Jumat (28/8). Ketika itu Lino baru pulang rapat dan kaget ketika mendapati kantornya digeledah.
"Jadi marah-marah dia kan. Kebetulan dia bicara depan wartawan. Kesannya seolah-olah bagaimana gitu. Sebenarnya lagi emosi saja dia," imbuh Sofyan.
Mengenai Lino yang mengancam mundur, Sofyan tak berkomentar. Tetapi dia belum laporkan peristiwa ini secara khusus kepada Presiden Joko Widodo. "Yang laporkan kan ada menterinya (BUMN) sendiri," kata Sofyan.
Berikut percakapan lengkap keduanya ketika itu:
RJ Lino: Halo Pak Sofyan, selamat siang Pak.
Sofyan: Kenapa Pak RJ Lino?
RJ Lino: Begini, ini saya baru pulang rapat di luar, tiba-tiba saya kaget kok begitu banyak polisi ada di kantor.
Sofyan: Ada apa?
RJ Lino: Ada penggeledahan. Mungkin mereka cari file. Ya saya hormatilah tugas mereka. Tapi ya saya tidak bisa begini-ini. Harusnya dipanggil dulu, ditanya dulu, dicek dulu ada apa gitu ya.
Sofyan: Hmmm...
RJ Lino: Kemudian seperti crane itu yang 10 buah itu. Itu very small investment dari investment yang besar yang kita lakukan. Kemudian itu kan sudah proses itu sudah diperiksa berkali-kali, BPK sudah periksa dan sudah clear juga, proses lelang sampai semuanya.
Sofyan: Yang dulu itu?
RJ Lino: Bukan lagi Pak. Bukan yang saya dipanggil KPK itu. Dulu di KPK saya masih ikut campur untuk mutusin, karena enggak jalan. Kalau ini saya sama sekali enggak tahu. Jadi mulai dari proses lelang, kemudian...
Sofyan: Memang ada yang lapor?
RJ Lino: Saya kira ini ada karyawan JICT yang laporlah ini biasa. Yang ini mulai proses lelang sampai diputusi pemenang kontrak saya tidak ngerti apa-apa.
Sofyan: Ya. Yaya.. terus?
RJ Lino: Saya tidak pernah teken kontrak. Terus terang saya tadi SMS Pak Luhut Pandjaitan (Menko Polhukam-red). Beliau lagi rapat. Saya protes besar. Saya bilang, kalau begini caranya, saya berhentilah sekarang.
Sofyan: Terus bagaimana sekarang?
RJ Lino: Kalau seperti ini caranya, saya berhenti saja. Enggak bisa negeri ini Pak.
Sofyan: Ditelepon Pak Tito? Pak Kapolda? (Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian-red).
RJ Lino: Enggak, tadi saya telepon Pak Luhut. Bukan Kapolda, Pak. Tadi dari Bareskrim Polri yang ke sini. Pak Sofyan ya, kalau Presiden tidak bisa clear hari ini, besok berhentilah.
Susah negeri ini seperti ini. Kita kayak dihukum media. Begitu datang, media begitu banyak. Saya seperti dibuat seperti kriminal. Come on Pak. I'm make this company so rich. Kok malah saya dihukum begini. Enggak fair Pak. Bapak tolong kasih tahu Presiden deh, kalau caranya seperti ini, saya berhenti.
Sofyan: Ibu Rini Sumarno (Menteri BUMN) gimana?
RJ Lino: Ibu Rini sudah telepon Kapolri. Ini contoh enggak baik untuk negeri ini. Kasih tahu Presiden, Pak, kalau caranya begini saya berhenti saja besok. Saya sama sekali disappointed. Saya sama sekali disappointed.
Sofyan: Dasarnya apa?
RJ Lino: Dasarnya katanya ada korupsi sama money laundering. Come on. Jadi Pak Sofyan tolong kasih tahu Presiden, kalau tidak clearkan hari ini, saya berhenti besok. Saya tidak mau kerja seperti ini. Negeri ini tidak bisa seperti ini
Direktur Utama PT Pelindo II Richard Joost Lino mengancam mundur setelah kantornya digeledah oleh polisi pada Jumat pekan lalu. Ancaman itu dia sampaikan melalui telepon kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas yang juga mantan Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil.
Sofyan Djalil belum mau berkomentar banyak terkait ancaman mundur Lino itu. Kalaupun Lino ingin mundur, maka alurnya adalah disampaikan ke Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno untuk dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Yang laporkan kan ada menterinya (BUMN) sendiri," kata Sofyan kepada wartawan di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (31/8/2015).
Menurut Sofyan saat menerima telepon dari dirinya, Lino sedang dilanda emosi. Lino yang baru pulang rapat kaget ketika mendapati kantornya digeledah.
"Jadi marah-marah dia kan. Kebetulan dia bicara depan wartawan. Kesannya seolah-olah bagaimana gitu. Sebenarnya lagi emosi saja dia," imbuh Sofyan.
Dalam percakapan telepon yang diperdengarakan kepada wartawan itu, Lino terang-terangan menyatakan akan mundur jika diperlakukan tidak adil. Dia mengancam mundur karena merasa tak nyaman dengan penggeledahan yang dilakukan oleh polisi di ruang kerjanya.
Semestinya sebelum digeledah, polisi bisa meminta keterangan dari dirinya selaku Direktur Utama PT Pelindo II. "Susah negeri ini seperti ini. Kita kayak dihukum media. Begitu datang, media begitu banyak. Saya seperti dibuat seperti kriminal. Come on Pak. I made this company so rich. Kok malah saya dihukum begini. Enggak fair Pak. Bapak tolong kasih tahu Presiden deh, kalau caranya seperti ini, saya berhenti," kata Lino kepada Sofyan melalui percakapan telepon seperti diperdengarkan kepada wartawan.
Comments