Direktur Utama PT Pelindo II Richard Joost Lino merasa geram dengan tindakan Bareskrim Mabes Polri yang menggeledah kantornya hari ini. Bareskrim menggeledah PT Pelindo II untuk mencari bukti dugaan korupsi pengadaan 10 unit mobil Crane.
RJ Lino bahkan langsung melaporkan hal ini kepada Kepala Bappenas Sofyan Djalil, usai tahu kantornya digeledah. Lewat sambungan telepon, dia meminta agar Sofyan melapor ke Presiden Joko Widodo untuk menyelesaikan persoalan ini segera. Jika tidak, dia mengancam bakal mundur dari posisi dirut PT Pelindo secepatnya.
"Ini contoh enggak baik untuk negeri ini. Kasih tahu Pak Presiden, kalau caranya begini saya berhenti saja besok," kata RJ Lino kepada Sofyan Jalil via telepon di Kantor Pusat PT. Pelindo II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (28/8).
Berikut percakapan RJ Lino dengan Sofyan Djalil yang diperdengarkan langsung melalui speaker ponsel kepada para wartawan:
"Halo Pak Sofyan, selamat siang pak," ucap RJ Lino.
"Kenapa Pak RJ Lino?" ucap Sofyan.
"Ini saya pulang rapat di luar tiba-tiba kok begitu banyak polisi di kantor," lanjut RJ Lino.
"Ada apa?" balas Sofyan.
"Ada penggeledahan. Mereka cari file. Ya saya hormatilah tugas mereka. Tapi ya saya tidak bisa begini-ini. Harusnya dipanggil dulu, ditanya dulu, dicek dulu ada apa gitu ya."
"Hmmm," sahut Sofyan.
"Kemudian seperti Crane itu yang 10 itu. Very small investment dari investment yang besar. Kemudian itu kan sudah proses itu sudah diperiksa berkali-kali, BPK sudah periksa dan sudah clear juga, proses lelang sampai semuanya," jelas RJ Lino.
"Yang dulu itu?" lanjut Sofyan.
"Sebenarnya bukan lagi dipanggil KPK. KPK saya masih ikut campur untuk mutusin. Kalau ini saya sama sekali nggak tahu. Jadi mulai proses lelang," ucapnya.
"Memang ada yang lapor?" balas Sofyan.
"Saya kira ini ada karyawan JICT yang laporlah ini biasa. Yang ini mulai proses lelang sampai diputusi pemenang kontrak saya tidak ngerti apa-apa," ucap RJ Lino.
"Ya. Yaya.. terus?" jawab Sofyan.
"Saya tidak pernah teken kontrak. Terus terang saya SMS Pak Luhut Panjaitan (Menko Polhukam-red). Beliau lagi rapat. Saya protes besar. Kalau begini caranya, saya berenti lah sekarang," jelasnya.
"Terus bagaimana sekarang?" jawab Sofyan.
"Kalau seperti ini caranya, saya berhenti saja. Nggak bisa negeri ini pak," ucap RJ Lino.
"Ditelepon Pak Tito? Pak kapolda?" ucap Sofyan.
"Enggak tadi saya telepon Pak Luhut. Bukan kapolda pak. Tadi dari Bareskrim Polri yang ke sini. Pak Sofyan yaa, kalau Presiden tidak bisa clear hari ini, besok berhenti lah. Susah negeri ini seperti ini. Kita kayak dihukum media. Begitu datang, media begitu banyak. Saya seperti dibuat seperti kriminal. Come on Pak. I'm make this company so rich. Enggak fair pak. Bapak tolong kasih tahu presiden deh, kalau caranya seperti ini, saya berhenti," ancam RJ Lino.
"Ibu Rini Sumarno (Menteri BUMN) gimana?," singkat Sofyan.
"Ibu Rini sudah telepon Kapolri. Ini contoh enggak baik untuk negeri ini. Kasih tahu Presiden pak, kalau caranya begini saya berhenti saja besok. Saya sama sekali disappointed. Saya sama sekali disappointed."
"Dasarnya apa?" ucap Sofyan.
"Dasarnya katanya ada korupsi sama money laundring. Come on. Jadi Pak Sofyan tolong kasih tahu presiden, kalau tidak clearkan hari ini, saya berhenti besok. Saya tidak mau kerja seperti ini. Negeri ini tidak bisa seperti ini," tutupnya.
Sebelumnya diberitakan, Bareskrim Polri bersama dengan Polres Pelabuhan Tanjung Priok melakukan penggeledahan terhadap Kantor PT Pelindo II. BUMN pengelola pelabuhan ini dianggap melakukan pencucian uang, melalui pengadaan 10 unit mobile Crane yang dibeli pada 2013 lalu yang memakan biaya miliaran Rupiah.
Penyidik Bareskrim Polri dan Polres Pelabuhan Tanjung Priok menggeledah ruang Direktur Utama Pelindo II Richard Jost Lino di lantai 7, kantor pusat Pelindo II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (28/8) siang. Penggeledahan tersebut terkait dugaan pengadaan 10 unit mobil Crame di pelabuhan bongkar muat barang itu.
Penggeledahan itu membuat Lino geram dan mengancam mundur sebagai Dirut PT Pelindo, jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak bisa menyelesaikan persoalan ini. Berikut wawancara awak media dengan RJ Lino terkait ruangannya diobok-obok polisi:
Terkait penggeledahan, apa tanggapan Anda?
Ini (penggeledahan) hak polisi penyelidikan bagian dari mereka. Belum tentu kami salah. Mereka datang kasih informasi karena ada laporan, ya itu biasa menurut saya. Itu hak polisi ngecek.
Pengembangan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)?
BPK udah clear kok
Ruang Anda diperiksa?
Itu cara mereka nyelidiki
Tapi bapak tahu pemeriksaan?
Saya enggak ngerti, pulang banyak banget polisi
Polisi bilang crane tidak digunakan?
Siapa bilang. Ada kok, lihat di lapangan. Perusahaan untung banyak katakan ada 1-2 bisnis kurang berhasil katakan ya, itu hal biasa dalam bisnis. Enggak bisa saya bikin segini. Hasil segini aset Rp 6,5 triliun, sekarang Rp 40 triliun. Untungnya banyak. Kalau ada 1-2 alat seperti itu Anda bisa lihat sendiri apakah alat itu dipakai atau tidak.
Soal penunjukan?
Proses lelang yang diperiksa BPK
Tapi berdasarkan temuan BPK?
Kata siapa? Ini pasti laporan dari Jakarta International Container Terminal (JICT). Saya Sudah biasa dipanggil. KPK dipanggil, kejaksaan dipanggil. Beresin pelabuhan saya bilang di negeri baik susah. Bikin baik itu susah-susah gampang.
Saya hormati hak teman-teman kepolisian kalau ada laporan. Jangan seperti ini, media menghukum orang yang benar salah.
RJ Lino bahkan langsung melaporkan hal ini kepada Kepala Bappenas Sofyan Djalil, usai tahu kantornya digeledah. Lewat sambungan telepon, dia meminta agar Sofyan melapor ke Presiden Joko Widodo untuk menyelesaikan persoalan ini segera. Jika tidak, dia mengancam bakal mundur dari posisi dirut PT Pelindo secepatnya.
"Ini contoh enggak baik untuk negeri ini. Kasih tahu Pak Presiden, kalau caranya begini saya berhenti saja besok," kata RJ Lino kepada Sofyan Jalil via telepon di Kantor Pusat PT. Pelindo II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (28/8).
Berikut percakapan RJ Lino dengan Sofyan Djalil yang diperdengarkan langsung melalui speaker ponsel kepada para wartawan:
"Halo Pak Sofyan, selamat siang pak," ucap RJ Lino.
"Kenapa Pak RJ Lino?" ucap Sofyan.
"Ini saya pulang rapat di luar tiba-tiba kok begitu banyak polisi di kantor," lanjut RJ Lino.
"Ada apa?" balas Sofyan.
"Ada penggeledahan. Mereka cari file. Ya saya hormatilah tugas mereka. Tapi ya saya tidak bisa begini-ini. Harusnya dipanggil dulu, ditanya dulu, dicek dulu ada apa gitu ya."
"Hmmm," sahut Sofyan.
"Kemudian seperti Crane itu yang 10 itu. Very small investment dari investment yang besar. Kemudian itu kan sudah proses itu sudah diperiksa berkali-kali, BPK sudah periksa dan sudah clear juga, proses lelang sampai semuanya," jelas RJ Lino.
"Yang dulu itu?" lanjut Sofyan.
"Sebenarnya bukan lagi dipanggil KPK. KPK saya masih ikut campur untuk mutusin. Kalau ini saya sama sekali nggak tahu. Jadi mulai proses lelang," ucapnya.
"Memang ada yang lapor?" balas Sofyan.
"Saya kira ini ada karyawan JICT yang laporlah ini biasa. Yang ini mulai proses lelang sampai diputusi pemenang kontrak saya tidak ngerti apa-apa," ucap RJ Lino.
"Ya. Yaya.. terus?" jawab Sofyan.
"Saya tidak pernah teken kontrak. Terus terang saya SMS Pak Luhut Panjaitan (Menko Polhukam-red). Beliau lagi rapat. Saya protes besar. Kalau begini caranya, saya berenti lah sekarang," jelasnya.
"Terus bagaimana sekarang?" jawab Sofyan.
"Kalau seperti ini caranya, saya berhenti saja. Nggak bisa negeri ini pak," ucap RJ Lino.
"Ditelepon Pak Tito? Pak kapolda?" ucap Sofyan.
"Enggak tadi saya telepon Pak Luhut. Bukan kapolda pak. Tadi dari Bareskrim Polri yang ke sini. Pak Sofyan yaa, kalau Presiden tidak bisa clear hari ini, besok berhenti lah. Susah negeri ini seperti ini. Kita kayak dihukum media. Begitu datang, media begitu banyak. Saya seperti dibuat seperti kriminal. Come on Pak. I'm make this company so rich. Enggak fair pak. Bapak tolong kasih tahu presiden deh, kalau caranya seperti ini, saya berhenti," ancam RJ Lino.
"Ibu Rini Sumarno (Menteri BUMN) gimana?," singkat Sofyan.
"Ibu Rini sudah telepon Kapolri. Ini contoh enggak baik untuk negeri ini. Kasih tahu Presiden pak, kalau caranya begini saya berhenti saja besok. Saya sama sekali disappointed. Saya sama sekali disappointed."
"Dasarnya apa?" ucap Sofyan.
"Dasarnya katanya ada korupsi sama money laundring. Come on. Jadi Pak Sofyan tolong kasih tahu presiden, kalau tidak clearkan hari ini, saya berhenti besok. Saya tidak mau kerja seperti ini. Negeri ini tidak bisa seperti ini," tutupnya.
Sebelumnya diberitakan, Bareskrim Polri bersama dengan Polres Pelabuhan Tanjung Priok melakukan penggeledahan terhadap Kantor PT Pelindo II. BUMN pengelola pelabuhan ini dianggap melakukan pencucian uang, melalui pengadaan 10 unit mobile Crane yang dibeli pada 2013 lalu yang memakan biaya miliaran Rupiah.
Penyidik Bareskrim Polri dan Polres Pelabuhan Tanjung Priok menggeledah ruang Direktur Utama Pelindo II Richard Jost Lino di lantai 7, kantor pusat Pelindo II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (28/8) siang. Penggeledahan tersebut terkait dugaan pengadaan 10 unit mobil Crame di pelabuhan bongkar muat barang itu.
Penggeledahan itu membuat Lino geram dan mengancam mundur sebagai Dirut PT Pelindo, jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak bisa menyelesaikan persoalan ini. Berikut wawancara awak media dengan RJ Lino terkait ruangannya diobok-obok polisi:
Terkait penggeledahan, apa tanggapan Anda?
Ini (penggeledahan) hak polisi penyelidikan bagian dari mereka. Belum tentu kami salah. Mereka datang kasih informasi karena ada laporan, ya itu biasa menurut saya. Itu hak polisi ngecek.
Pengembangan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)?
BPK udah clear kok
Ruang Anda diperiksa?
Itu cara mereka nyelidiki
Tapi bapak tahu pemeriksaan?
Saya enggak ngerti, pulang banyak banget polisi
Polisi bilang crane tidak digunakan?
Siapa bilang. Ada kok, lihat di lapangan. Perusahaan untung banyak katakan ada 1-2 bisnis kurang berhasil katakan ya, itu hal biasa dalam bisnis. Enggak bisa saya bikin segini. Hasil segini aset Rp 6,5 triliun, sekarang Rp 40 triliun. Untungnya banyak. Kalau ada 1-2 alat seperti itu Anda bisa lihat sendiri apakah alat itu dipakai atau tidak.
Soal penunjukan?
Proses lelang yang diperiksa BPK
Tapi berdasarkan temuan BPK?
Kata siapa? Ini pasti laporan dari Jakarta International Container Terminal (JICT). Saya Sudah biasa dipanggil. KPK dipanggil, kejaksaan dipanggil. Beresin pelabuhan saya bilang di negeri baik susah. Bikin baik itu susah-susah gampang.
Saya hormati hak teman-teman kepolisian kalau ada laporan. Jangan seperti ini, media menghukum orang yang benar salah.
Comments