Skip to main content

Ahok, Jokowi dan Hukuman Mati

Ahok, Jokowi dan Hukuman Mati

Presiden Joko Widodo menerapkan hukuman mati bagi pelaku kejahatan seksual dalam Perppu yang diterbitkannya Selasa (24/5) lalu. Rupanya, soal hukuman mati ini sempat menjadi diskusi panjang antara Jokowi dan Ahok.

Sebagaimana diketahui Ahok dan Jokowi memang sudah dekat sejak lama hingga keduanya bersama-sama memimpin Jakarta. Setelah Jokowi menjadi Presiden, Ahok masih sering menemui Jokowi di Istana untuk berdiskusi tentang banyak hal.

Nah, salah satu topik yang sering dibahas dalam pertemuan itu adalah hukuman mati. Ahok bercerita, dia berdebat secara pribadi soal tepat tidaknya hukuman mati diterapkan di Indonesia.

"Sekarang lagi ramai soal kebiri soal hukuman mati. Wah saya bisa berdebat berkali-kali dengan Pak Jokowi soal hukuman mati, serius ini," cerita Ahok saat memberi sambutan dalam Lokakarya tentang penggunaan Bahasa Indonesia di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (27/5/2016).

"Saya bisa bertemu sebagai teman sampai 3-4 kali. Sampai teman saya satu lagi bilang, 'awas ya, lu kalau datang lagi ketemu Presiden masih ngomongin soal hukum mati, saya nggak mau ikut lagi'. Bisa berantem lama-lama," imbuhnya sedikit kelakar.

Ahok tak menjelaskan siapa teman yang dimaksudnya, termasuk kapan terakhir berdiskusi soal hukuman mati itu dengan Presiden Jokowi. Namun soal hukuman mati ini, Ahok berpandangan secara pribadi tidak setuju diterapkan.

"Saya ngomong pribadi pribadi nggak setuju," kata Ahok.

Soal alasannya Ahok tak merinci, namun dalam kesempatan sebelumnya Ahok pernah menyebut lebih setuju hukuman seumur hidup tanpa remisi ketimbang hukuman mati. Hukuman mati dianggap mengenakkan pelaku karena selesai begitu saja.

"Sampai Presiden pun cemberut, kesel tiap hari datang ngomongin soal hukuman mati. Sudah, harus dilaksanakan ini aturan. Nah ini kita harus menghargai," lanjut Ahok disusul tawa kecil pejabat Kemendikbud yang hadir.

Cerita soal diskusi Ahok dengan Jokowi itu disampaikan untuk menjelaskan soal ketaatan pejabat terhadap undang-undang. Meski secara pribadi tak setuju, namun Ahok menegaskan sebagai pejabat negara, jika sudah aturan maka harus diikuti.

Nah dalam konteks berbahasa Indonesia sebagaimana diatur UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, Ahok menyebut dalam pelaksanaannya sulit.

"Kalau undang-undang dengan bahasa kita terapkan, hari ini memang susah sekali. Saya berusaha dalam pidato-pidato saya, tentu kalau minum obatnya pas lagi, kondisinya pas, tabletnya pas, satu tablet, saya berusaha sebaik mungkin cari kota kata Bahasa Indonesia," ucap Ahok.

Kembali soal diskusi Ahok dengan Jokowi di atas, usai acara Ahok mengatakan bahwa Presiden Jokowi secara pribadi juga mungkin tidak setuju dengan hukuman mati. Tapi secara jabatan sebagai Presiden, Jokowi taat undang-undang.

"Pak Jokwi kan bukan setuju dan nggak setuju, pribadi sih nggak setuju mungkin. Tapi secara aturan kan beliau Presiden harus menegakkan," terang Ahok.

"Saya ngomong pribadi pribadi nggak setuju. Tapi begitu ngomong aturan, harus ikut nggak? Ikut. Saya dukung nggak hukuman mati sebagai pejabat? Harus. Kenapa? Karena ini amanat UU. Sama saya katakan kalau amanat UU menggunakan bahasa Indonesia yang baik, bisa jadi masalah itu," pungkas Ahok. 

Comments

Popular Posts

"Pak Ahok, 'You Will Never Walk Alone'..."

Kurnia Sari Aziza/KOMPAS.com Warga menandatangani dan memberi kalimat dukungan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di area Car Free Day, Jakarta, Minggu (16/11/2014). JAKARTA, KOMPAS.com  — "Saya Muslim, dan saya dukung Ahok," begitu kata Friska Lubis (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, memberikan dukungan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Minggu (16/11/2014) pagi, Friska bersama kedua temannya sedang berlari pagi saat  car free day . Namun, aktivitas mereka terhenti saat melihat dua spanduk berukuran 1,5 x 5 meter terbentang di pelataran halaman Hotel Kempinski, Jakarta. Spanduk itu berasal dari Barisan Relawan Indonesia. Dalam spanduk itu terdapat foto Basuki mengenakan baju kotak-kotak. Friska dan kedua temannya langsung mengambil spidol dan menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan kepada Basuki. "Pak Ahok,  you will never walk alone ," tulis Friska di spanduk itu. Pegawai salah satu p...

Hujan Deras Mengguyur Ibu Kota, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air

 Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta, Senin (1/11/2016), menimbulkan genangan air di sejumlah lokasi. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi tersendat. Berdasarkan informasi dari Akun Twitter Resmi TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, genangan air tampak di sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Salah satunya di Jalan DI Panjaitan. Di lokasi tersebut, air menggenangi ruas jalan setinggi 20 sentimeter. Akibat genangan air tersebut kendaraan terpaksa melintas di jalur Transjakarta. View image on Twitter  Follow TMC Polda Metro Jaya   ✔ @TMCPoldaMetro 15.38 Genangan air sekitar 30 cm di Jl Pangeran Jayakarta lalin terpantau padat @ kolammedan 3:38 PM - 1 Nov 2016     2 2 Retweets     5 5 likes "15.33 WIB genangan air sekitar 20cm depan Wika Jalan DI Panjaitan, Jaktim, hati-hati bila melintas," tulis akun twitter @TMCPoldaMetro. Selain di Jalan DI Pan...

Indonesiaku Kini

Indonesia , Bangsa yang pernah jaya dimasa lalu, pernah pula dijajah berabad-abad lamanya, kemudian menggapai kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, namun hingga kini setelah sekian puluh tahun merdeka , kini Indonesia seolah kehilangan arah dan tujuan dari para pendiri bangsa ini dulu ketika memproklamirkan kemerdekaannya, di lapisan atas para elite sibuk berperang memperebutkan kekuasaan sedangkan dilapisan bawah rakyat kehilangan pegangan dan harapan, di lapisan tengah rakyat harus berjuang sendiri dan di goyang atas bawah pusing mengikuti entah mau kemana. Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, dimana nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung, ditakuti dan disegani para musuh, dihormati para sahabat kini seperti bayi yang baru belajar merangkak, butuh bimbingan dan pengawasan dari para musuh serta sahabat.  Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, tidak pernah membedakan suku dan agama, saling bahu membahu mempertahankan kejayaannya, tid...