Partai Gerindra dan PDIP tampaknya akan mengulang sejarah untuk kembali berkoalisi di Pilgub DKI. Dengan menggabungkan kekuatan, Gerindra yakin mampu mengalahkan Gubernur DKI petahana Basuki T Purnama (Ahok).
"Ahok bukan sesuatu yang berat untuk kami, pasti kalah," ungkap berbincang dengan detikcom, Rabu (25/5/2016).
Gerindra dan PDIP disebut Arief punya banyak kesamaan. Terutama soal ideologi akan perjuangan terhadap wong cilik.
"Gerindra dan PDIP antipenindasan terhadap wong cilik. Gusur menggusur tidak boleh semena-mena dilakukan pejabat pimpinan Jakarta, seperti yang dilakukan Ahok," ucap Arief.
"Gerindra terbiasa tidak suka bohong. Misalnya dulu berjanji bersama Joko Widodo akan menyelesaikan masalah Jakarta. Banjir dan macet. Ternyata masih, walau kami tahu sangat sulit. Tapi sepertinya tidak ada progres," lanjut dia.
Arief mengatakan Gerindra tidak bermaksud melawan Ahok. Hanya saja partai pimpinan Prabowo Subianto itu ingin mengusung pasangan yang memperhatikan keadilan bagi warga Jakarta.
"Jakarta dalam pandangan Ahok hanya Sudirman atau Kuningan dan sekitarnya saja. Di pinggiran Jakarta, jalan masih banyak yang rusak dan kotor. Coba masuk ke gang-gang, kotor sampah di mana-mana. Kalau mengenai KJS, KIP itu amanat UU Jamsos. Harus dilaksanakan," beber Arief.
Keyakinan Gerindra mampu mengalahkan Ahok di Pilgub menurut Arief bukan tanpa alasan. Sebab pihaknya sudah melakukan survei dan melihat potensi kekalahan Ahok.
"Ahok karena Pak Jokowi aja bisa menang. Jangan terkecoh. (Ahok) Pasti kalah. Pilgub lalu itu, Jaktim dan Jaksel Jokowi-Ahok kalah karena masih ada primordialisme (kesukuan berlebihan). Menang di Jakbar dan Jakut, Jakpus imbang. Tapi sekarang Jakut sudah marah sama Ahok. Misal yang di Pasar Ikan, Cilincing," klaim Arief.
Untuk warga menengah ke atas pun, Gerindra mendapat data bahwa sudah banyak pemilih yang ogah untuk mendukung Ahok. Meski mereka adalah kalangan minoritas yang sama seperti Ahok.
"Kita dapat masukan dari bawah, jangan calonkan Ahok karena mereka tidak akan pilih. Di Kelapa Gading, Mangga Dua, penghuni-penghuni apartemen. Karena Ahok tidak berpihak dengan penghuni, tapi ke pengembang," Arief menjelaskan.
"Mereka tidak menginginkan Ahok, padahal penghuni apartemen isinya kan kaum minoritas. Sudah ada surveinya," tambah dia.
Kaum minoritas disebut Arief menyadari bahwa maksud dan tujuan Ahok baik untuk membenahi Jakarta. Hanya saja cara yang dipilih Ahok dikhawatirkan dapat menimbulkan kerusuhan. Untuk itu, mereka, kata Arief, tidak ingin Ahok kembali memimpin Jakarta dan hal tersebut dimanfaatkan Gerindra.
"Ada ketakutan dari kaum minoritas akan ada kerusuhan di Jakarta. Kami memang dulu sempat punya kekhawatiran yang sama. Gerindra yang pertama kali menyodorkan Ahok sebagai kaum minoritas untuk berjuang di Jakarta. Kami yakin sekarang Ahok pasti kalah," pungkas Arief.
"Ahok bukan sesuatu yang berat untuk kami, pasti kalah," ungkap berbincang dengan detikcom, Rabu (25/5/2016).
Gerindra dan PDIP disebut Arief punya banyak kesamaan. Terutama soal ideologi akan perjuangan terhadap wong cilik.
"Gerindra dan PDIP antipenindasan terhadap wong cilik. Gusur menggusur tidak boleh semena-mena dilakukan pejabat pimpinan Jakarta, seperti yang dilakukan Ahok," ucap Arief.
"Gerindra terbiasa tidak suka bohong. Misalnya dulu berjanji bersama Joko Widodo akan menyelesaikan masalah Jakarta. Banjir dan macet. Ternyata masih, walau kami tahu sangat sulit. Tapi sepertinya tidak ada progres," lanjut dia.
Arief mengatakan Gerindra tidak bermaksud melawan Ahok. Hanya saja partai pimpinan Prabowo Subianto itu ingin mengusung pasangan yang memperhatikan keadilan bagi warga Jakarta.
"Jakarta dalam pandangan Ahok hanya Sudirman atau Kuningan dan sekitarnya saja. Di pinggiran Jakarta, jalan masih banyak yang rusak dan kotor. Coba masuk ke gang-gang, kotor sampah di mana-mana. Kalau mengenai KJS, KIP itu amanat UU Jamsos. Harus dilaksanakan," beber Arief.
Keyakinan Gerindra mampu mengalahkan Ahok di Pilgub menurut Arief bukan tanpa alasan. Sebab pihaknya sudah melakukan survei dan melihat potensi kekalahan Ahok.
"Ahok karena Pak Jokowi aja bisa menang. Jangan terkecoh. (Ahok) Pasti kalah. Pilgub lalu itu, Jaktim dan Jaksel Jokowi-Ahok kalah karena masih ada primordialisme (kesukuan berlebihan). Menang di Jakbar dan Jakut, Jakpus imbang. Tapi sekarang Jakut sudah marah sama Ahok. Misal yang di Pasar Ikan, Cilincing," klaim Arief.
Untuk warga menengah ke atas pun, Gerindra mendapat data bahwa sudah banyak pemilih yang ogah untuk mendukung Ahok. Meski mereka adalah kalangan minoritas yang sama seperti Ahok.
"Kita dapat masukan dari bawah, jangan calonkan Ahok karena mereka tidak akan pilih. Di Kelapa Gading, Mangga Dua, penghuni-penghuni apartemen. Karena Ahok tidak berpihak dengan penghuni, tapi ke pengembang," Arief menjelaskan.
"Mereka tidak menginginkan Ahok, padahal penghuni apartemen isinya kan kaum minoritas. Sudah ada surveinya," tambah dia.
Kaum minoritas disebut Arief menyadari bahwa maksud dan tujuan Ahok baik untuk membenahi Jakarta. Hanya saja cara yang dipilih Ahok dikhawatirkan dapat menimbulkan kerusuhan. Untuk itu, mereka, kata Arief, tidak ingin Ahok kembali memimpin Jakarta dan hal tersebut dimanfaatkan Gerindra.
"Ada ketakutan dari kaum minoritas akan ada kerusuhan di Jakarta. Kami memang dulu sempat punya kekhawatiran yang sama. Gerindra yang pertama kali menyodorkan Ahok sebagai kaum minoritas untuk berjuang di Jakarta. Kami yakin sekarang Ahok pasti kalah," pungkas Arief.
Comments