Foto: Muhammad Idris
Sanggau -Timpangnya perhatian pemerintah pada daerah perbatasan, jadi salah satu alasan minimnya infrastruktur di kawasan terluar tersebut. Kondisi ini tercermin, salah satunya bisa dilihat dari kualitas jalan tapal batas kedua negara.
Berbeda dengan negara tetangga Malaysia, yang memperlakukan daerah perbatasan sebagai beranda yang perlu perhatian lebih, tak demikian halnya dengan jalan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu yang berbatasan langsung dengan Sarawak.
detikFinance mencoba menjajal rute Putussibau, Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu, menuju Kecamatan Badau. Kecamatan ini merupakan kecamatan terakhir sebelum memasuki wilayah Lubok Antu, Sarawak.
Meski pada beberapa ruas sudah diaspal mulus, akses jalan penghubung masih menyisakan lubang-lubang menganga cukup besar.
Jalan Putussibau-Badau sendiri merupakan jalan sempit dengan lebar kurang lebih 6 meter, panjangnya 173 kilometer. Sebagian besar jembatan yang dilewati juga merupakan jembatan 'darurat' dengan kayu ulin sebagai bantalannya.
"Dulu malah ini jalan tanah. Baru diaspal tahun 2012, maka kalau hujan tak bisa dilewati. Karena sempit, sekarang mau diperlebar dari Badau ke Putussibau," kata Afrizal, supir travel Kuching-Badau yang ditemuidetikFinance, Kamis (12/5/2016).
Lepas melewati Danau Sentarum, jalan aspal berganti dengan jalanan berdebu hingga pos perbatasan. Kondisi jalanan yang berdebu ini diakibatkan pengerjaan pelebaran jalan penghubung Kalimantan Barat dengan Sarawak tersebut.
Begitu melewati titik nol kilometer atau tapal batas perbatasan, tepatnya setelah PLBN Nanga Badau yang tengah dibangun ulang, jalanan mulus langsung menyambut begitu masuk wilayah Lubok Antu, di Malaysia.
Begitu masuk wilayah Negeri Jiran tersebut, jalanan berlapis aspal mulus, lebar 12 meter, dan jalanan yang sepi, membuat pengendara mobil bisa memacu kendaraannya hingga di atas 70 kilometer/jam layaknya di jalan tol.
Jika saat masih di Badau, kiri kanan jalan didominasi oleh semak belukar sisa penebangan hutan, lain halnya di Lubok Antu, Sarawak, yang didominasi pohon kepala sawit yang berjejer rapi.
Kondisi kontras jalan perbatasan di perbatasan inilah, yang mendorong pemerintah akhirnya melakukan pelebaran dan perbaikan jalan penghubung PLBN Nanga Badau ke Putussibau.
Jalan akses Putussibau-Badau sepanjang 179 kilometer sendiri, merupakan bagian dari jalan negara yang menghubungkan Kabupaten Kapuas Hulu dengan Kota Pontianak sejauh kurang lebih 780 kilometer.
(ang/ang)
Berbeda dengan negara tetangga Malaysia, yang memperlakukan daerah perbatasan sebagai beranda yang perlu perhatian lebih, tak demikian halnya dengan jalan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu yang berbatasan langsung dengan Sarawak.
detikFinance mencoba menjajal rute Putussibau, Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu, menuju Kecamatan Badau. Kecamatan ini merupakan kecamatan terakhir sebelum memasuki wilayah Lubok Antu, Sarawak.
Meski pada beberapa ruas sudah diaspal mulus, akses jalan penghubung masih menyisakan lubang-lubang menganga cukup besar.
Jalan Putussibau-Badau sendiri merupakan jalan sempit dengan lebar kurang lebih 6 meter, panjangnya 173 kilometer. Sebagian besar jembatan yang dilewati juga merupakan jembatan 'darurat' dengan kayu ulin sebagai bantalannya.
"Dulu malah ini jalan tanah. Baru diaspal tahun 2012, maka kalau hujan tak bisa dilewati. Karena sempit, sekarang mau diperlebar dari Badau ke Putussibau," kata Afrizal, supir travel Kuching-Badau yang ditemuidetikFinance, Kamis (12/5/2016).
Lepas melewati Danau Sentarum, jalan aspal berganti dengan jalanan berdebu hingga pos perbatasan. Kondisi jalanan yang berdebu ini diakibatkan pengerjaan pelebaran jalan penghubung Kalimantan Barat dengan Sarawak tersebut.
Begitu melewati titik nol kilometer atau tapal batas perbatasan, tepatnya setelah PLBN Nanga Badau yang tengah dibangun ulang, jalanan mulus langsung menyambut begitu masuk wilayah Lubok Antu, di Malaysia.
Begitu masuk wilayah Negeri Jiran tersebut, jalanan berlapis aspal mulus, lebar 12 meter, dan jalanan yang sepi, membuat pengendara mobil bisa memacu kendaraannya hingga di atas 70 kilometer/jam layaknya di jalan tol.
Jika saat masih di Badau, kiri kanan jalan didominasi oleh semak belukar sisa penebangan hutan, lain halnya di Lubok Antu, Sarawak, yang didominasi pohon kepala sawit yang berjejer rapi.
Kondisi kontras jalan perbatasan di perbatasan inilah, yang mendorong pemerintah akhirnya melakukan pelebaran dan perbaikan jalan penghubung PLBN Nanga Badau ke Putussibau.
Jalan akses Putussibau-Badau sepanjang 179 kilometer sendiri, merupakan bagian dari jalan negara yang menghubungkan Kabupaten Kapuas Hulu dengan Kota Pontianak sejauh kurang lebih 780 kilometer.
Comments