Foto: Muhammad Idris
Kapuas Hulu -Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin wilayah perbatasan jadi wilayah yang benar-benar diperhatikan. Kini percepatan pembangunan terus dikebut, supaya kesan wilayah terluar sebagai rumah belakang, bukan sebagai beranda depan, tak lagi melekat.
Salah satunya dengan melakukan pembangunan kembali 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Di bandingkan dengan bangunan Jabatan Imigresen, nama PLBN milik Malaysia, fasilitas lintas batas Indonesia tertinggal sangat jauh.
detikFinance berkesempatan ikut dalam perjalanan darat peninjauan pembangunan 3 Pos Lintas Batas Negara (PLBN), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Provinsi Kalimantan Barat.
Setelah meninjau pembangunan PLBN Nanga Badau di Kabupaten Kapus Hulu, perjalanan dilanjutkan dengan menyebrang ke Malaysia. Saat memasuki kantor Jabatan Imigresen Lubok Antu, Sarawak, pemandangan kontras terlihat dibanding dengan gedung PLBN Nanga Badau di sisi Indonesia.
Dengan dinding kelir hijau didominasi hijau muda, bangunan pemeriksaan imigrasi Malaysia terlihat lebih mentereng. Nuansa arsitektur mengikuti rumah tradisional Dayak. Ini terlihat dari bentuk atap dan ornamen di banyak sudut bangunan.
Ada 3 lintasan di pintu masuk PLBN milik Malaysia tersebut yakni 1 laluan (jalur) kendaraan pribadi, dan 2 laluan untuk bus, minibus, dan truk. Bangunan kantor imigrasi terdiri dari 2 lantai.
Sebelum memasuki kantor Jabaran Imigresen Malaysia, pelintas batas harus melewati gerbang yang dijaga tentara Diraja Malaysia. Sepanjang kiri kanan kanan pos Malaysia, pohon kelapa sawit berjejer rapi setelah melewati pagar perbatasan. Sementara di sisi Indonesia, lebih banyak didominasi semak belukar.
Selemparan batu dari gedung utama yang berfungsi sebagai tempat pemeriksaan, karantina, dan stempel visa masuk, Malaysia membangun rumah susun yang juga bercat hijau, bangunan tersebut mengingatkan pada gedung asrama tentara milik TNI AD di Indonesia.
Bangunan berlantai 5 tersebut dipakai sebagai tempat tinggal pegawai kantor Jabatan Imigresen Lubok Antu.
Salah satunya dengan melakukan pembangunan kembali 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Di bandingkan dengan bangunan Jabatan Imigresen, nama PLBN milik Malaysia, fasilitas lintas batas Indonesia tertinggal sangat jauh.
detikFinance berkesempatan ikut dalam perjalanan darat peninjauan pembangunan 3 Pos Lintas Batas Negara (PLBN), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Provinsi Kalimantan Barat.
Setelah meninjau pembangunan PLBN Nanga Badau di Kabupaten Kapus Hulu, perjalanan dilanjutkan dengan menyebrang ke Malaysia. Saat memasuki kantor Jabatan Imigresen Lubok Antu, Sarawak, pemandangan kontras terlihat dibanding dengan gedung PLBN Nanga Badau di sisi Indonesia.
Dengan dinding kelir hijau didominasi hijau muda, bangunan pemeriksaan imigrasi Malaysia terlihat lebih mentereng. Nuansa arsitektur mengikuti rumah tradisional Dayak. Ini terlihat dari bentuk atap dan ornamen di banyak sudut bangunan.
Ada 3 lintasan di pintu masuk PLBN milik Malaysia tersebut yakni 1 laluan (jalur) kendaraan pribadi, dan 2 laluan untuk bus, minibus, dan truk. Bangunan kantor imigrasi terdiri dari 2 lantai.
Sebelum memasuki kantor Jabaran Imigresen Malaysia, pelintas batas harus melewati gerbang yang dijaga tentara Diraja Malaysia. Sepanjang kiri kanan kanan pos Malaysia, pohon kelapa sawit berjejer rapi setelah melewati pagar perbatasan. Sementara di sisi Indonesia, lebih banyak didominasi semak belukar.
Selemparan batu dari gedung utama yang berfungsi sebagai tempat pemeriksaan, karantina, dan stempel visa masuk, Malaysia membangun rumah susun yang juga bercat hijau, bangunan tersebut mengingatkan pada gedung asrama tentara milik TNI AD di Indonesia.
Bangunan berlantai 5 tersebut dipakai sebagai tempat tinggal pegawai kantor Jabatan Imigresen Lubok Antu.
Pos Perbatasan Milik Indonesia
|
Comments