Skip to main content

Inisiatif "Driver" Go-Jek agar Tak Diintimidasi Ojek Pangkalan

Intimidasi dari sejumlah tukang ojek membuat sejumlah pengendara Go-Jek terasingkan. Oleh karena itu, beberapa di antara mereka berinisiatif membuat pangkalan khusus Go-Jek.

"Enggak cuma yang wilayah (Jakarta) Utara aja. Kalau ada Go-Jek dari wilayah lain juga boleh kalau mau transit," ungkap salah satu pengendara Go-Jek, Misman (35), di pangkalan Jalan Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (31/7/2015).

Menurut pantauan Kompas.com, pangkalan dadakan tersebut berlokasi tidak jauh dari pusat niaga Boulevard Raya. Pangkalan yang berada di atas jembatan penghubung kecil tersebut kerap dimanfaatkan sejumlah pengendara Go-Jek untuk beristirahat sekaligus memantau orderan penumpang.

Beton sepanjang 10 meter dengan tinggi setengah meter yang ada di sana dijadikan tempat duduk bagi para pengendara. Meski demikian, tidak ada penanda khusus bahwa itu adalah pangkalan, seperti yang kerap dibuat oleh pengojek pangkalan.

Beberapa pengendara ada yang berdiskusi santai, bermainhandphone, hingga memantau orderan penumpang.

"Kan kami cuma transit. Sekadar melepas lelah, ngopi bentar, cabut lagi. Lagian kan kelihatan dari jauh, jaket atau helmnya. Itu doang tandanya," ujar Misman.

Menurut Misman, beberapa pengendara lain dari luar wilayah Kelapa Gading ataupun wilayah sekitar Jakarta Utara juga banyak yang ikut mangkal di sana.

"Wah, banyak juga dari luar wilayah (Kelapa) Gading. Saya aja dari Cakung (Jakarta Timur). Dulu sebelum ikut Go-Jek, mangkalnya ya di Cakung," ungkapnya.

Inisiatif pangkalan transit tersebut juga direspons secara positif oleh pengendara lainnya, Sopiyan (43). Pengendara Go-Jek yang biasa mangkal di Cikoko, Jakarta Selatan, itu, mengaku cukup tertolong dengan adanya pangkalan transit atau bayangan.

Menurut dia, saat harus mengantar penumpang ke beberapa tempat, teguran bahkan makian kerap terlontar dari para pengojek pangkalan.

"Saya pernah diusir waktu nurunin penumpang di dekat Stasiun Gambir, padahal jauh dari pangkalan, disamperin juga. Dikirain, saya mau mangkal di sana (Gambir)," ucapnya.

Kondisi tersebut kerap membuat dia bergerilya secara sembunyi-sembunyi saat antar jemput penumpang. Terkadang, Sopiyan nekat melepas atribut Go-Jek seperti helm dan jaket guna menghindari konflik.

"Sebetulnya enggak boleh lepas jaket. Ya tetapi mau gimana lagi, daripada bentrok. Saya sih enggak takut, cuma enggak enak aja. Kadang-kadang masih temen juga yang resek," ujar driver Go-Jek yang mengaku berpenghasilan Rp 200.000-Rp 300.000 per hari tersebut.

Sementara itu, Eko Wiyono (27) mengaku jarang bergabung dengan rekannya sesama pengendara Go-Jek. Hal ini mengingat, pada malam hari, ia terus bergerak tanpa mangkal.

"Tau sih ada pangkalan. Kadang-kadang, kalau malam, masihnemu juga, cuma enggak begitu ramai," ujar pegawai restoran di kawasan Kemang tersebut.

Menurut warga Ragunan, Jakarta Timur itu, pangkalan transit tersebut sangat bermanfaat untuk menambah jaringan sesama pengendara Go-Jek. Hal ini mengingat pengendara yang terkumpul berasal dari berbagai pangkalan.

"Ya baguslah. Jadi banyak teman. Kalau cuma mangkal di satu lokasi aja, ya temannya itu-itu aja," kata driver Go-Jek yang beroperasi pukul 22.00-24.00 WIB tersebut.

Sebelumnya, beberapa pengendara Go-Jek kerap mendapat intimidasi dari pengojek pangkalan. Alasannya, kehadiran Go-Jek dianggap sebagai ancaman bagi para pengojek pangkalan.

Selain mencuri perhatian calon penumpang, kehadiran Go-Jek juga dianggap mengurangi penghasilan pengojek yang biasamangkal.

Comments

Popular Posts

"Pak Ahok, 'You Will Never Walk Alone'..."

Kurnia Sari Aziza/KOMPAS.com Warga menandatangani dan memberi kalimat dukungan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, di area Car Free Day, Jakarta, Minggu (16/11/2014). JAKARTA, KOMPAS.com  — "Saya Muslim, dan saya dukung Ahok," begitu kata Friska Lubis (28), warga Jagakarsa, Jakarta Selatan, memberikan dukungan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Minggu (16/11/2014) pagi, Friska bersama kedua temannya sedang berlari pagi saat  car free day . Namun, aktivitas mereka terhenti saat melihat dua spanduk berukuran 1,5 x 5 meter terbentang di pelataran halaman Hotel Kempinski, Jakarta. Spanduk itu berasal dari Barisan Relawan Indonesia. Dalam spanduk itu terdapat foto Basuki mengenakan baju kotak-kotak. Friska dan kedua temannya langsung mengambil spidol dan menandatangani spanduk sebagai bentuk dukungan kepada Basuki. "Pak Ahok,  you will never walk alone ," tulis Friska di spanduk itu. Pegawai salah satu p...

Hujan Deras Mengguyur Ibu Kota, Sejumlah Ruas Jalan Digenangi Air

 Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Jakarta, Senin (1/11/2016), menimbulkan genangan air di sejumlah lokasi. Imbasnya, arus lalu lintas menjadi tersendat. Berdasarkan informasi dari Akun Twitter Resmi TMC Polda Metro Jaya, @TMCPoldaMetro, genangan air tampak di sebagian wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Salah satunya di Jalan DI Panjaitan. Di lokasi tersebut, air menggenangi ruas jalan setinggi 20 sentimeter. Akibat genangan air tersebut kendaraan terpaksa melintas di jalur Transjakarta. View image on Twitter  Follow TMC Polda Metro Jaya   ✔ @TMCPoldaMetro 15.38 Genangan air sekitar 30 cm di Jl Pangeran Jayakarta lalin terpantau padat @ kolammedan 3:38 PM - 1 Nov 2016     2 2 Retweets     5 5 likes "15.33 WIB genangan air sekitar 20cm depan Wika Jalan DI Panjaitan, Jaktim, hati-hati bila melintas," tulis akun twitter @TMCPoldaMetro. Selain di Jalan DI Pan...

Indonesiaku Kini

Indonesia , Bangsa yang pernah jaya dimasa lalu, pernah pula dijajah berabad-abad lamanya, kemudian menggapai kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, namun hingga kini setelah sekian puluh tahun merdeka , kini Indonesia seolah kehilangan arah dan tujuan dari para pendiri bangsa ini dulu ketika memproklamirkan kemerdekaannya, di lapisan atas para elite sibuk berperang memperebutkan kekuasaan sedangkan dilapisan bawah rakyat kehilangan pegangan dan harapan, di lapisan tengah rakyat harus berjuang sendiri dan di goyang atas bawah pusing mengikuti entah mau kemana. Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, dimana nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut ulung, ditakuti dan disegani para musuh, dihormati para sahabat kini seperti bayi yang baru belajar merangkak, butuh bimbingan dan pengawasan dari para musuh serta sahabat.  Indonesia, Bangsa yang pernah Jaya dimasa lalu, tidak pernah membedakan suku dan agama, saling bahu membahu mempertahankan kejayaannya, tid...